Kepemimpinan Desa dan Seni Mengambil Hati Warga

Bagikan Keteman :


Dalam konteks pemerintahan desa, peran kepala desa bukan sekadar sebagai pejabat administratif atau pelaksana program pembangunan. Ia juga adalah figur sentral yang menjadi simbol kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, kepala desa idealnya memiliki kemampuan untuk merangkul dan mengambil hati warganya. Ini bukan sekadar tuntutan etis, melainkan kebutuhan strategis agar pembangunan desa bisa berjalan lancar dan mendapat dukungan luas dari masyarakat.

Mengapa kemampuan “mengambil hati” menjadi begitu penting?

Pertama, keberhasilan pembangunan desa sangat bergantung pada tingkat partisipasi masyarakat. Tidak ada program pembangunan yang bisa benar-benar sukses jika masyarakatnya bersikap apatis, acuh tak acuh, atau bahkan menentang. Partisipasi ini bukanlah sesuatu yang lahir secara otomatis, tetapi merupakan hasil dari proses komunikasi yang baik, pendekatan yang humanis, dan kepemimpinan yang inklusif.

Kedua, dari sudut pandang psikologis dan sosiologis, masyarakat yang merasa diperhatikan dan dihargai cenderung memiliki rasa memiliki (sense of belonging) terhadap desa dan program-program yang dijalankan. Jika warga merasa dilibatkan sejak perencanaan, didengarkan aspirasinya, dan dihargai kontribusinya, maka mereka akan dengan senang hati mendukung berbagai agenda pembangunan.

Sebaliknya, jika pemimpin desa bersikap kaku, tertutup, atau bahkan merasa lebih tahu segalanya tanpa membuka ruang partisipasi, maka warga akan bersikap apriori. Mereka merasa program-program yang berjalan bukan untuk mereka, tapi “milik” pemerintah desa semata. Dari sini bisa muncul penolakan halus hingga bentuk perlawanan terbuka yang tentu merugikan proses pembangunan.

Ketiga, dari sudut manajerial dan efisiensi, dukungan warga akan membuat implementasi program lebih cepat, murah, dan minim konflik. Sebaliknya, tanpa dukungan sosial, program sekecil apapun bisa terhambat, tertunda, atau bahkan gagal total. Maka dari itu, pendekatan hati—yakni seni menjalin kedekatan emosional dengan masyarakat—adalah bagian penting dari strategi kepemimpinan desa.

Dengan demikian, kemampuan merangkul dan mengambil hati warga bukanlah sekadar “bonus”, tapi menjadi prasyarat utama bagi suksesnya pembangunan desa. Kepala desa yang mampu menjadi sahabat bagi rakyatnya, pendengar yang baik, dan pengayom yang adil, akan jauh lebih mudah membawa desanya menuju kemajuan.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment