Minimnya Fasilitas Olahraga untuk Orang Dewasa Non-Petani di Desa: Sebuah Tinjauan Kritis

Bagikan Keteman :


Minimnya Fasilitas Olahraga untuk Orang Dewasa Non-Petani di Desa: Sebuah Tinjauan Kritis

Di banyak kawasan pedesaan, pembangunan sering kali hanya terfokus pada sektor-sektor utama seperti pertanian, infrastruktur dasar, dan pelayanan administrasi. Namun, ada satu aspek yang kerap diabaikan padahal sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat—yakni fasilitas olahraga, terutama bagi kalangan orang dewasa yang bukan berprofesi sebagai petani.

Ketimpangan Akses terhadap Kegiatan Olahraga

Realita di lapangan menunjukkan bahwa kelompok orang dewasa non-petani sering kali kesulitan untuk mengakses sarana olahraga yang memadai. Sementara petani secara tidak langsung telah melakukan aktivitas fisik yang cukup melalui pekerjaan sehari-hari, kelompok lain yang bekerja di sektor non-fisik tidak memiliki akses yang sama untuk menjaga kebugaran tubuh mereka.

Lebih memprihatinkan lagi, di banyak desa tidak ditemukan adanya kelompok atau komunitas yang mengorganisir kegiatan olahraga untuk kalangan ini. Kondisi ini menyebabkan kebutuhan untuk berolahraga tidak terfasilitasi dengan baik, bahkan cenderung diabaikan.

Ketidaksensitifan Pemerintah Desa

Pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), yang sejatinya memiliki wewenang untuk mengatur arah pembangunan desa, sering kali tidak menaruh perhatian serius terhadap persoalan ini. Kurangnya visi pembangunan yang inklusif membuat kebutuhan rekreasi dan kesehatan masyarakat dewasa non-petani tidak masuk dalam daftar prioritas.

Hal ini bisa disebabkan oleh dua faktor utama: rendahnya kesadaran masyarakat untuk menyuarakan kebutuhannya, dan lemahnya inisiatif pemerintah desa dalam melakukan pendekatan partisipatif dalam perencanaan pembangunan.

Cara Memahami dan Menanggapi Masalah Ini

Permasalahan ini harus dilihat sebagai akibat dari belum terbentuknya budaya olahraga yang kuat di lingkungan desa, serta belum terbangunnya struktur sosial yang mampu mengakomodasi kebutuhan semua lapisan masyarakat.

Untuk itu, beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan antara lain:

  1. Membangun Kesadaran Kolektif
    Masyarakat non-petani perlu mulai berdiskusi dan menyadari bahwa olahraga adalah hak semua warga, bukan hanya kalangan tertentu. Pembentukan komunitas atau kelompok olahraga informal bisa menjadi langkah awal.
  2. Menggunakan Forum Musyawarah Desa
    Musyawarah Desa (Musdes) adalah tempat strategis untuk menyuarakan aspirasi warga. Gunakan forum ini untuk mengusulkan fasilitas olahraga sederhana seperti lapangan multifungsi atau alat fitness outdoor.
  3. Menyusun Data dan Bukti Aspirasi Warga
    Pengumpulan tanda tangan, dokumentasi, dan testimoni warga akan menjadi bukti nyata untuk menguatkan usulan kepada pemerintah desa.
  4. Mendorong Kolaborasi dan Kreativitas
    Jika dana desa terbatas, masyarakat dapat menjalin kerja sama dengan perusahaan lokal, organisasi sosial, atau mengajukan proposal ke dinas pemuda dan olahraga kabupaten.

Penutup

Kesehatan dan kebugaran adalah hak setiap warga negara, tak terkecuali bagi mereka yang hidup di pedesaan dan bukan berprofesi sebagai petani. Sudah saatnya paradigma pembangunan desa berubah menjadi lebih inklusif dan humanis, dengan mempertimbangkan seluruh aspek kebutuhan sosial masyarakat. Ketersediaan fasilitas olahraga yang merata akan menjadi salah satu penopang utama bagi terciptanya desa yang sehat, aktif, dan berdaya.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment