Di antara bentuk kebohongan yang paling menyedihkan adalah kebohongan kepada diri sendiri. Ini bukan sekadar soal dusta kepada orang lain, tetapi pengkhianatan terhadap potensi, cita-cita, dan jalan terang yang sudah terbentang di hadapan. Fenomena ini sering kita temui, terutama dalam kisah-kisah harian tentang mereka yang mengaku ingin sukses, tetapi tak kunjung melakukan apa pun untuk mendekati tujuan tersebut.
Bayangkan seorang pemuda yang hidup dalam kemiskinan. Ia tidak punya pekerjaan, tidak ada akses ke pendidikan tinggi, dan peluang hidup seolah menutup diri darinya. Namun diam-diam, dalam hati kecilnya, ia memendam cita-cita besar: ingin hidup sukses dan terhormat. Keinginannya mulia, visinya tinggi. Tapi ada masalah besar: ia tidak bergerak.
Dalam kehidupan seperti ini, kita tahu ada dua jalur yang bisa ditempuh. Jalur pertama adalah jalur nalar — pendidikan, usaha keras, koneksi sosial, dan sebagainya. Namun, katakanlah semua itu sementara tertutup baginya. Masih ada jalur kedua yang tak kalah dahsyat: jalur non-nalar, yakni jalur keyakinan.
Dalam Islam, Allah membuka banyak pintu kemudahan. Amalan-amalan ringan namun penuh keberkahan seperti sholat Dhuha, tahajud, dzikir, membaca Al-Qur’an, dan berdoa dengan penuh harap adalah bentuk ikhtiar spiritual yang bisa dilakukan siapa saja — gratis, tanpa modal finansial, hanya butuh kemauan. Tapi anehnya, amalan yang ringan ini pun tidak dikerjakan.
Maka pertanyaannya: benarkah orang ini ingin sukses?
Jika benar, mengapa dia tidak melakukan hal-hal yang bisa menunjang kesuksesannya, yang bahkan tidak membutuhkan biaya sedikit pun? Jawabannya menyakitkan: ia telah membohongi dirinya sendiri.
Fenomena ini bisa dijelaskan dari berbagai sisi:
1. Akrasia: Keinginan Tanpa Tindakan
Dalam filsafat, akrasia adalah kondisi ketika seseorang tahu apa yang baik, bahkan menginginkannya, tetapi tidak melakukannya. Ia kalah oleh rasa malas, keraguan, dan ketidakdisiplinan.
2. Lemahnya Keimanan
Ketika seseorang tidak lagi merasakan manisnya iman dan dekatnya Allah, maka ibadah terasa berat. Padahal ibadah adalah sumber kekuatan dan pembuka jalan dalam gelapnya kehidupan.
3. Harapan Kosong
Bermimpi tanpa usaha adalah ilusi. Orang yang hanya mengandalkan angan tanpa amal sama saja sedang menipu dirinya. Harapan butuh dibarengi dengan langkah nyata.
4. Kenyamanan Palsu
Kebohongan diri ini sering menjadi pelarian untuk tetap merasa nyaman dalam kegagalan. “Saya ingin sukses,” katanya — tapi hanya agar terdengar heroik, bukan karena sungguh-sungguh ingin berubah.
Penutup: Saatnya Jujur pada Diri Sendiri
Setiap manusia memiliki potensi. Bahkan dalam kondisi paling sempit, Allah selalu menyediakan jalan. Tapi jika jalan itu tak juga ditempuh, maka jangan salahkan siapa pun jika nasib tak berubah.
Jangan jadi pembohong terhadap diri sendiri. Jika benar ingin sukses dan terhormat, mulai buktikan dari hal-hal kecil yang bisa dilakukan hari ini juga. Karena sesungguhnya, bukan keadaan yang menghalangi kita — tetapi kemauan yang lemah dan keyakinan yang rapuh.
By: Andik Irawan