Menuntut Ilmu Agama: Untuk Siapa dan Untuk Apa?

Bagikan Keteman :


Dalam kehidupan seorang Muslim, menuntut ilmu agama adalah kewajiban yang tak bisa ditawar. Namun yang sering luput dari perhatian adalah niat di balik proses menuntut ilmu itu sendiri. Apakah kita belajar agama karena ingin benar-benar memahami dan mengamalkan syariat? Ataukah kita terdorong oleh cita-cita menjadi ustadz, penceramah, atau da’i yang dikenal orang?

Niat: Pondasi Segala Amal

Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya, dan setiap orang hanya akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menjadi pengingat bahwa niat adalah inti dari semua amal. Dalam konteks menuntut ilmu agama, niat yang benar adalah belajar untuk memperbaiki diri, mendekat kepada Allah, dan melaksanakan syariat dengan benar.

Jika sejak awal seseorang belajar agama dengan niat ingin dikenal sebagai ulama, penceramah, atau tokoh agama, maka niat seperti itu bukanlah niat yang murni karena Allah. Niat semacam ini bisa melenceng menjadi ambisi dunia, prestise, citra, bahkan kepentingan materi atau popularitas. Inilah yang dikhawatirkan oleh banyak ulama salaf.

Belajar Agama: Untuk Diri Sendiri Dulu

Imam Ahmad bin Hanbal pernah memberi nasihat:

“Tuntutlah ilmu untuk dirimu sendiri terlebih dahulu. Jika ilmu itu sudah ada padamu, maka akan datang faidahnya untuk orang lain.”

Ilmu agama adalah bekal untuk diri kita sendiri dalam menjalani kehidupan yang diridhai Allah. Bagaimana bisa seseorang mengajak orang lain ke jalan kebaikan, jika ia sendiri belum paham jalan itu?

Menjadi Da’i atau Ustadz: Buah, Bukan Tujuan Awal

Menjadi seorang da’i, ustadz, atau kiyai bukanlah tujuan utama dari belajar agama, melainkan konsekuensi dari ilmu dan keikhlasan. Banyak ulama besar sepanjang sejarah tidak pernah meniatkan diri mereka menjadi tokoh, namun Allah takdirkan mereka dikenal karena ilmu dan ketakwaannya.

Jika seseorang belajar agama hanya untuk mengejar posisi da’i, maka dikhawatirkan yang diutamakan adalah pencitraan, bukan ketulusan.

Tentang Lembaga Pendidikan dan Slogan “Mencetak Da’i”

Tidak sedikit lembaga pendidikan agama menggunakan slogan seperti “mencetak da’i militan” atau “melahirkan ulama masa depan”. Meski maksudnya bisa jadi baik, perlu kehati-hatian agar orientasi keilmuan tidak bergeser menjadi ambisi dunia. Ilmu agama bukan dikomersialkan, tapi dihayati dan diamalkan.

Agar Niat Tetap Lurus

  1. Selalu muhasabah diri dalam menuntut ilmu: “Untuk siapa saya belajar?”
  2. Perbanyak doa agar diberi keikhlasan dan dijauhkan dari riya.
  3. Jangan terburu-buru tampil di depan publik. Amalkan dulu ilmu secara pribadi.
  4. Jadikan ilmu sebagai sarana ibadah, bukan alat pencapaian dunia.

Penutup

Menuntut ilmu agama adalah ibadah besar. Tapi ibadah itu bisa menjadi sia-sia jika niat kita keliru. Maka, luruskan niat: belajar untuk memahami, mengamalkan, dan meraih ridha Allah. Jika kemudian Allah takdirkan kita menjadi pembimbing orang lain, maka anggaplah itu sebagai amanah, bukan tujuan.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment