Ketika Pemimpin Diibaratkan Orang Buta: Refleksi Kepemimpinan dari Jalur Berduri

Bagikan Keteman :


Dalam sebuah permainan outbound bertema kepemimpinan, diceritakan seorang peserta yang berperan sebagai pemimpin diminta berjalan melewati jalur yang dipenuhi duri tajam dan jebakan tersembunyi. Namun ada satu syarat: ia harus berjalan dengan mata tertutup, seperti orang buta. Satu-satunya cara ia bisa selamat dari rintangan itu hanyalah dengan mengikuti arahan dan petunjuk dari orang-orang di sekelilingnya—yang dianalogikan sebagai para staf, bawahan, atau jajarannya.

Permainan ini bukan sekadar simulasi. Ia adalah refleksi tajam tentang kepemimpinan, tentang bagaimana seorang pemimpin sejatinya berjalan di tengah kompleksitas tantangan yang tidak sepenuhnya ia lihat, dan bagaimana ia hanya bisa selamat jika mampu membuka hati untuk mendengar.


Makna Mendalam: Kepemimpinan dan Keterbatasan

Pemimpin dalam permainan itu adalah gambaran dari setiap pemimpin dalam kehidupan nyata—yang sering kali tidak memiliki semua jawaban, tidak melihat seluruh risiko, dan tidak bisa menyelesaikan semuanya seorang diri.

  • Mata tertutup menggambarkan keterbatasan perspektif. Tidak ada pemimpin yang bisa melihat segala sisi dari masalah yang ia hadapi.
  • Jalan penuh duri dan ranjau adalah simbol dari dunia nyata kepemimpinan—penuh risiko, jebakan, dan ujian yang tidak mudah ditebak.
  • Arahan dari staf adalah sumber keselamatan. Tim yang solid, loyal, dan jujur menjadi penunjuk jalan yang tak ternilai harganya.

Pemimpin yang bijak adalah mereka yang menyadari keterbatasannya dan tidak gengsi untuk mendengar.


Bahaya Gaya Kepemimpinan yang Sok Tahu

Namun dalam simulasi tersebut, ada pula pemimpin yang enggan mendengar. Merasa mampu sendiri. Menolak saran. Akhirnya tetap bisa sampai ke tujuan, tapi kakinya penuh luka. Itu adalah potret nyata dari pemimpin yang:

  • Menutup diri terhadap masukan.
  • Menganggap dirinya paling tahu.
  • Mengambil keputusan sepihak.
  • Memaksakan kehendak walau banyak yang mengingatkan.

Pemimpin semacam ini mungkin bisa membawa organisasi menuju hasil, namun sering kali dengan kerusakan internal, kehilangan kepercayaan tim, dan keletihan kolektif yang tak terlihat dari luar.


Pelajaran Kepemimpinan: Mendengar adalah Kekuatan

Permainan sederhana ini mengajarkan satu hal penting:
Kepemimpinan bukan tentang berjalan paling depan, tapi tentang kepekaan dan kerendahan hati untuk mendengarkan.

Pemimpin yang hebat bukan yang merasa tahu segalanya, tapi yang:

  • Tahu kapan harus diam dan mendengar.
  • Memberi ruang bagi tim untuk memberi pandangan.
  • Mempercayai arahan orang-orang yang ia pimpin.
  • Sadar bahwa sukses sejati adalah ketika semua selamat, bukan hanya pemimpin itu sendiri.

Penutup: Jalan Berduri Seorang Pemimpin

Jalan kepemimpinan memang tak pernah mudah—ia penuh luka jika ditempuh sendirian, dan penuh jebakan jika tak hati-hati. Tapi jika seorang pemimpin mau merendah, mau membuka diri, dan mau mendengar, maka jalan yang penuh duri itu bisa dilalui tanpa banyak luka.

Permainan ini memberi kita cermin: bahwa dalam hidup nyata, kerendahan hati adalah panduan terbaik, dan tim yang dipercaya adalah cahaya bagi langkah seorang pemimpin.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment