Manusia adalah makhluk yang penuh keterikatan, bukan hanya dengan sesama di masa hidup, tetapi juga dalam kenangan setelah kematian. Ketika seseorang meninggal dunia, yang tertinggal bukanlah hartanya, bukan pula jabatannya, melainkan jejak kebaikan dan jasa yang pernah ia tebarkan kepada sesama. Jasa-jasa ini, seperti benih yang ditanam, terus tumbuh dalam hati manusia yang pernah merasakannya.
Orang yang banyak berjasa kepada sesamanya akan terus dikenang dengan rasa syukur dan doa-doa kebaikan. Semakin luas jasa yang diberikannya, semakin kuat pula ia tertanam dalam ingatan masyarakat. Ia hidup dalam kenangan, meski jasadnya telah tiada.
Namun tidak semua hati mampu mengenang jasa. Ada hati yang telah mengeras, mati rasa, tidak mampu lagi membedakan antara kebaikan dan kejahatan. Hati semacam ini, dalam istilah agama dan budaya luhur, disebut hati yang mati — hati yang membatu karena tertutup oleh dosa, kesombongan, dan keangkuhan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (QS. Al-Baqarah: 74)
Hati yang mati tidak bisa lagi berterima kasih. Padahal berterima kasih adalah akhlak mulia yang tidak hanya penting dalam hubungan antar manusia, tetapi juga dalam hubungan manusia dengan Tuhannya. Nabi Muhammad SAW mengingatkan:
“Barangsiapa tidak bersyukur kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. Abu Dawud)
Adab Masyarakat Terhadap Orang yang Berjasa
Ketika seorang tokoh masyarakat atau figur yang berjasa meninggal dunia, sudah menjadi adab yang agung bagi masyarakat untuk menghormatinya. Salah satu bentuk penghormatan itu adalah ucapan terima kasih resmi yang disampaikan kepada almarhum dan keluarga yang ditinggalkan.
Dalam konteks masyarakat desa atau lingkungan yang lebih kecil, ini bisa diwakili oleh kepala desa, ketua RW/RT, atau tokoh adat. Ucapan ini bukan sekadar formalitas. Ini adalah bentuk pengakuan atas jasa dan kebaikan yang pernah diberikan almarhum kepada masyarakat.
Ucapan ini berisi:
- Doa untuk almarhum, agar segala kebaikannya dibalas oleh Allah dengan pahala yang besar.
- Ucapan terima kasih atas jasa-jasa yang telah mengalirkan banyak manfaat bagi warga.
- Dukungan moral kepada keluarga almarhum agar tetap kuat dan bangga memiliki anggota keluarga yang berjasa.
Dengan begitu, masyarakat menunjukkan bahwa mereka adalah komunitas yang beradab, yang menghargai jasa, yang tidak melupakan kebaikan.
Mengapa Ini Penting?
Ada beberapa alasan mendasar mengapa menghormati jasa orang yang telah tiada menjadi sangat penting:
- Mendidik Generasi Berikutnya
Dengan menghormati orang yang berjasa, kita menanamkan nilai adab kepada generasi muda, bahwa kebaikan dan jasa tidak boleh dilupakan. - Menguatkan Ikatan Sosial
Masyarakat yang tahu berterima kasih adalah masyarakat yang kuat, yang saling menguatkan dan menghargai satu sama lain. - Bagian dari Syukur kepada Allah
Melalui tangan manusia-manusia berjasa itulah, Allah banyak mengalirkan nikmat kepada kita. Berterima kasih kepada mereka adalah bentuk nyata syukur kepada Allah. - Menjaga Kemuliaan Hati
Hati yang mudah bersyukur adalah hati yang lembut dan hidup. Ia lebih dekat kepada rahmat Allah dan lebih jauh dari sikap keras kepala dan kesombongan.
Penutup
Menghormati jasa orang yang telah meninggal adalah ukuran hidupnya hati seseorang. Ini bukan hanya soal budaya atau adat, tetapi merupakan cerminan dari iman dan akhlak yang sejati.
Marilah kita terus belajar untuk menghidupkan hati kita dengan mengenang kebaikan, mendoakan yang telah pergi, dan mewariskan tradisi mulia ini kepada generasi setelah kita. Karena jasa tidak akan pernah lekang oleh waktu, dan rasa terima kasih adalah jembatan kita kepada rahmat Tuhan.
By: Andik Irawan