Di banyak kawasan desa, keberadaan tokoh terpelajar, baik itu berpendidikan tinggi, memiliki status sosial yang dihormati, maupun yang memiliki prestasi religius seperti sebutan haji atau hajjah, dianggap sebagai figur yang ideal untuk dijadikan panutan. Namun, sebuah fenomena yang membingungkan muncul ketika para tokoh yang memiliki kedudukan tinggi ini justru terlibat dalam pelanggaran syariat yang sangat jelas dilarang dalam agama, seperti praktik riba dan suap.
Fenomena ini tentunya menciptakan dilema besar dalam masyarakat. Bagaimana mungkin seorang tokoh yang memiliki pendidikan tinggi dan dihormati, bahkan memiliki prestasi religius, justru terlibat dalam perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama yang mereka pahami dan ajarkan? Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai fenomena ini, mengapa hal tersebut terjadi, dan dampaknya terhadap masyarakat.
1. Pendidikan dan Status Sosial: Tidak Selalu Menjamin Kualitas Moral
Pendidikan tinggi dan status sosial yang tinggi sering kali dianggap sebagai indikator utama dari kualitas dan integritas seseorang. Seharusnya, dengan pendidikan yang memadai, seseorang dapat membentuk karakter yang kokoh dan menjadi teladan bagi masyarakat. Begitu juga dengan prestasi religius seperti gelar haji atau hajjah, yang dianggap sebagai simbol keberhasilan dalam menjalankan kewajiban agama.
Namun, pendidikan tinggi atau status sosial yang dihormati tidak selalu menjamin bahwa seseorang memiliki moralitas yang tinggi. Pendidikan formal yang menekankan aspek ilmu pengetahuan sering kali tidak seimbang dengan pembekalan nilai-nilai moral dan spiritual yang kokoh. Tanpa adanya integrasi yang kuat antara pendidikan duniawi dan spiritual, seseorang yang terdidik tinggi mungkin terjebak dalam kebiasaan buruk yang merusak akhlak dan integritas mereka.
2. Mengapa Tokoh Terpelajar Bisa Terlibat dalam Riba dan Suap?
Beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa seorang tokoh terpelajar atau berprestasi religius bisa terlibat dalam praktik haram seperti riba dan suap antara lain:
a. Kelemahan dalam Pengawasan Diri
Seseorang yang memiliki status tinggi atau prestasi yang baik sering kali merasa bahwa mereka tidak perlu lagi diawasi atau diperhatikan. Hal ini dapat menyebabkan mereka terlena dalam perbuatan yang merugikan diri sendiri dan masyarakat, karena merasa terlindungi oleh status mereka. Kesadaran moral yang lemah bisa mendorong seseorang untuk terlibat dalam perbuatan yang bertentangan dengan nilai agama dan moral.
b. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan sosial dan ekonomi di sekitar seseorang bisa sangat memengaruhi perilaku mereka. Meskipun memiliki pendidikan tinggi, seseorang bisa terjebak dalam lingkungan yang materialistis atau korup. Dalam lingkungan semacam ini, praktik seperti riba dan suap mungkin dianggap sebagai hal yang biasa dan diterima. Ketika seseorang terjebak dalam lingkaran ini, mereka mungkin merasa bahwa pelanggaran moral adalah hal yang wajar dilakukan demi mempertahankan posisi atau memperoleh keuntungan pribadi.
c. Keserakahan dan Ketidakpuasan
Tidak jarang, meskipun memiliki status sosial yang tinggi dan sudah menghormati agama, seseorang bisa merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya. Keserakahan atau keinginan untuk lebih kaya atau lebih berkuasa bisa mendorong seseorang untuk mengabaikan prinsip moral dan agama demi memperoleh keuntungan materi.
3. Dampak Negatif Terhadap Masyarakat
Ketika tokoh masyarakat yang dihormati terlibat dalam praktik riba dan suap, dampaknya bisa sangat merusak bagi komunitas, baik secara spiritual maupun sosial. Beberapa dampak negatif yang dapat muncul antara lain:
a. Keruntuhan Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat cenderung menganggap tokoh agama atau pemimpin sebagai panutan yang harus dijaga integritasnya. Ketika tokoh yang memiliki status tinggi ini terlibat dalam pelanggaran agama, masyarakat bisa kehilangan kepercayaan terhadap mereka. Kepercayaan masyarakat terhadap ajaran agama dan institusi sosial yang dipimpin oleh tokoh tersebut akan berkurang, bahkan bisa hancur.
b. Kehilangan Teladan Bagi Generasi Muda
Generasi muda, yang sering mencari figur teladan dalam hidup mereka, bisa sangat terpengaruh dengan tindakan para tokoh masyarakat mereka. Ketika mereka melihat bahwa tokoh yang seharusnya memberi contoh baik malah terlibat dalam praktik-praktik yang merusak, mereka bisa merasa kecewa dan bingung tentang mana yang benar dan salah. Hal ini bisa menyebabkan mereka kehilangan nilai moral yang mereka pelajari dan menganggap bahwa perbuatan buruk bisa diterima dalam masyarakat.
c. Penyebaran Praktik Negatif
Ketika tokoh masyarakat terlibat dalam riba dan suap, mereka bisa menjadi panutan negatif bagi orang lain, terutama bagi mereka yang mengidolakan tokoh tersebut. Tanpa adanya teguran atau tindakan korektif, perilaku buruk ini bisa menular ke orang lain dalam masyarakat, memperburuk keadaan sosial, dan memperkuat siklus korupsi dan ketidakadilan.
4. Langkah yang Dapat Diambil oleh Masyarakat
Untuk mengatasi masalah ini, masyarakat perlu bertindak dengan bijaksana dan proaktif. Beberapa langkah yang dapat diambil adalah:
a. Menegur dengan Hikmah
Masyarakat perlu memberikan teguran yang bijaksana kepada tokoh-tokoh yang terlibat dalam pelanggaran agama. Teguran ini harus dilakukan dengan cara yang santun, melalui forum-forum diskusi agama atau musyawarah yang dapat membantu mereka mengoreksi perilaku mereka sesuai dengan ajaran agama yang benar.
b. Pengawasan Sosial yang Ketat
Masyarakat juga perlu lebih aktif dalam mengawasi perilaku para tokoh mereka. Meskipun mereka memiliki status sosial tinggi, para tokoh tetap harus diawasi dan diingatkan agar tetap berada pada jalur yang benar. Pengawasan sosial dapat memastikan bahwa para pemimpin tetap menjaga akhlak dan integritas mereka.
c. Pendidikan Moral dan Agama yang Kuat
Penting untuk memperkuat pendidikan moral dan agama di masyarakat. Program-program yang mengedepankan nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab harus diperkenalkan lebih intensif, terutama di kalangan generasi muda, agar mereka tidak terpengaruh oleh perilaku buruk dari tokoh masyarakat.
Penutup
Fenomena para tokoh terpelajar dan berprestasi religius yang terlibat dalam praktik riba dan suap memang merupakan ironi besar bagi masyarakat. Meskipun mereka dihormati dan dianggap sebagai teladan, perbuatan mereka yang bertentangan dengan ajaran agama dapat merusak kepercayaan masyarakat dan menghancurkan moralitas generasi muda. Oleh karena itu, sangat penting bagi masyarakat untuk mengawasi dan menegur para pemimpin mereka, serta memastikan bahwa mereka tetap menjadi contoh yang baik dan sesuai dengan ajaran agama yang mereka bawa. Dengan demikian, masyarakat dapat terbentuk dengan nilai-nilai kebaikan, integritas, dan keadilan yang kokoh.
By: Andik Irawan