Kepemimpinan bukanlah semata jabatan administratif. Khususnya di level desa, pemimpin memegang peran yang sangat strategis: bukan hanya mengurus jalan, irigasi, atau surat menyurat, tetapi juga menjadi pengayom, pembimbing moral, bahkan panutan spiritual bagi warganya. Dalam konteks ini, sangat layak — bahkan mulia — jika seorang pemimpin desa sesekali menyampaikan khutbah Jum’at, ceramah keagamaan, atau hadir aktif dalam kegiatan keagamaan masyarakat.
Kepemimpinan dan Tanggung Jawab Akhirat
Seorang pemimpin bukan hanya bertanggung jawab atas kesejahteraan duniawi warganya, tetapi juga akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Setiap kebijakan, sikap, dan keteladanan akan diperhitungkan. Maka, keikutsertaan dalam membina moral dan spiritual masyarakat adalah bagian penting dari tugas kepemimpinan itu sendiri.
Khutbah Sebagai Bentuk Kepedulian
Mimbar khutbah atau panggung ceramah bukan sekadar tempat para ulama. Jika seorang pemimpin memiliki kapasitas, wawasan, dan keikhlasan, maka sangat layak ia berdiri di sana — bukan untuk pamer ilmu, melainkan untuk menyampaikan nasihat, membangun semangat kebajikan, dan meneguhkan arah hidup masyarakat.
Langkah ini bukan hanya bentuk kepedulian, tetapi juga penguatan moral publik. Ketika seorang pemimpin turut menyuarakan kebaikan dari tempat-tempat suci, maka masyarakat pun akan melihatnya bukan sekadar sebagai birokrat, tapi sebagai pemimpin sejati yang peduli pada akhlak umat.
Membangun Keseimbangan Peran
Tentu tidak semua pemimpin memiliki kemampuan berceramah atau berkhutbah. Namun kehadiran aktif dalam majelis-majelis taklim, pengajian, atau kegiatan keagamaan lainnya sudah menjadi simbol kepedulian yang besar. Jika ia memiliki kapasitas lebih, maka menyampaikan langsung pesan kebaikan adalah bentuk kontribusi yang luhur.
Menjadi Teladan, Bukan Sekadar Pemegang Jabatan
Di tengah zaman yang penuh godaan moral, masyarakat sangat membutuhkan teladan. Pemimpin yang mau berdiri di mimbar, menyampaikan kebaikan, dan mengingatkan tentang nilai-nilai hidup, adalah pemimpin yang tidak hanya dihormati karena jabatannya, tetapi juga dicintai karena ketulusannya.
Penutup
Seorang pemimpin desa yang sesekali berkhutbah atau berceramah bukan sedang keluar jalur, tapi justru sedang menjalankan amanah dengan cara yang lebih utuh. Ia hadir bukan hanya untuk mengurus dunia, tetapi juga untuk menjaga arah spiritual masyarakat. Inilah wujud kepemimpinan yang tidak hanya membangun jalan dan gedung, tapi juga membangun jiwa dan hati.
By: Andik Irawan