Manusia Modern dan Kemunduran Religius: Sebuah Refleksi Islam atas Kemajuan Teknologi

Bagikan Keteman :


Dalam lanskap kehidupan modern yang dipenuhi oleh kemajuan teknologi, manusia tampaknya berada pada titik yang membingungkan: antara merasa lebih maju secara peradaban atau justru semakin menjauh dari nilai-nilai spiritual yang hakiki. Di tengah gemerlap teknologi dan segala kemudahannya, kita perlu bertanya secara jujur: apakah manusia modern benar-benar maju, atau justru sedang mengalami kemunduran dari sisi religiusitas?

Pola Hidup Rasulullah: Ritme Fitrah Sejati

Islam sebagai agama yang sempurna telah mengajarkan pola hidup yang seimbang, sehat, dan sarat makna. Rasulullah SAW mencontohkan ritme kehidupan yang sangat teratur: tidur setelah Isya, bangun pada sepertiga malam terakhir untuk tahajud, berdoa, bermunajat, lalu melanjutkan hidup aktif setelah Subuh. Pola ini bukan hanya sebuah ibadah, tetapi juga penjagaan terhadap kualitas jiwa dan raga.

Namun kini, pola itu bergeser drastis. Kesibukan modern, pekerjaan tanpa batas waktu, hiburan digital, dan kecanduan gawai membuat banyak orang baru tidur larut malam. Akibatnya, bangun malam untuk tahajud nyaris tak tersentuh. Bahkan bangun untuk Subuh pun sering terlewat. Inilah bentuk nyata dari kemunduran kualitas religiusitas manusia modern.

Teknologi: Antara Rahmat dan Fitnah

Teknologi sejatinya adalah alat, dan Islam tidak menolak kemajuan. Namun ketika alat itu menggeser nilai, mengubah ritme hidup, dan menjauhkan manusia dari waktu-waktu suci untuk beribadah, maka teknologi tidak lagi menjadi berkah—ia berubah menjadi fitnah.

Manusia modern merasa menang karena bisa bekerja hingga malam, berkomunikasi lintas dunia, dan mengakses informasi tanpa batas. Namun, banyak yang tidak menyadari bahwa semua itu dibayar mahal: hilangnya waktu-waktu istimewa bersama Allah, terutama waktu malam yang penuh berkah.

Kemajuan Semu: Ketika Dunia Mengalahkan Akhirat

Dalam Islam, kemajuan tidak hanya diukur dari sisi material dan teknologi. Kemajuan sejati adalah ketika dunia dan akhirat berjalan seimbang. Ketika teknologi mempercepat langkah manusia menuju Allah, bukan menjauhkannya. Maka dari itu, jika kecanggihan yang kita banggakan justru menjauhkan kita dari tahajud, dari dzikir, dari ketenangan hati—itulah kemunduran sejati.

Kita harus sadari bahwa banyak orang hari ini hidup dalam ilusi kemajuan. Mereka terjaga semalaman demi hiburan, namun tertidur saat waktu tahajud tiba. Mereka aktif di dunia maya, namun pasif dalam hubungan dengan Rabb-nya. Mereka cepat dalam urusan dunia, namun lambat dalam urusan akhirat.

Menata Ulang Kehidupan: Kembali pada Sunnah

Solusinya bukan meninggalkan teknologi, melainkan menundukkannya agar melayani nilai-nilai Islam. Jadwalkan ulang waktu tidur agar kembali sesuai sunnah. Hindari gawai setelah Isya. Bangun untuk tahajud meski hanya dua rakaat. Gunakan teknologi untuk memperkuat iman, bukan melalaikan hati.

Islam tidak menolak kemajuan, tapi Islam menolak kemajuan yang menjauhkan dari Allah. Maka marilah kita menjadi manusia modern yang tetap religius, manusia yang hidup di zaman teknologi tetapi tetap menjaga malamnya untuk Rabb semesta alam.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment