Betapa tenang dan lapangnya hati seorang lelaki…
Ketika ia telah menunaikan salah satu kewajiban terbesarnya: berbakti kepada ibu.
Di tengah hiruk-pikuk pekerjaan, tanggung jawab sebagai suami dan ayah,
ia tak pernah alpa untuk pulang—bukan sekadar ke rumah, tapi pulang ke pelukan dan doa ibunya.
Ia datang mengunjungi ibunya, bukan hanya saat senggang,
tapi karena hatinya tergerak oleh cinta, bukan oleh waktu luang.
Ia membawakan oleh-oleh kecil yang disukai ibunya,
obat rindu dalam bentuk sederhana tapi penuh makna.
Ia duduk menemani ibunya berbicara, meski percakapan mereka tak selalu penting.
Karena ia tahu: yang dicari ibunya bukan topik, tapi kehadiran.
Ia mendengar, ia memeluk, ia memandang wajah ibunya penuh hormat.
Dan dalam tatapan itu, ibunya tahu:
“Anakku adalah kebanggaanku, bukan hanya dalam doa, tapi juga dalam nyata.”
Topangan yang Membebaskan, Perhatian yang Menenangkan
Ia tak biarkan ibunya kekurangan.
Bukan karena ibunya meminta, tapi karena hatinya tahu:
“Ibu tak pantas menunggu, ia pantas dijaga.”
Ia berikan topangan ekonomi yang cukup,
tanpa diminta, tanpa hitung-hitungan.
Karena bagi lelaki sejati,
menyediakan untuk ibu adalah kehormatan, bukan beban.
Ia curahkan perhatian di tengah sibuknya dunia—
antara deadline pekerjaan dan urusan rumah tangga.
Karena ia paham, ibu adalah prioritas, bukan gangguan.
Ia tak menunggu luang untuk berbakti,
karena ia tahu waktu bisa habis, tapi kesempatan berbakti belum tentu kembali.
Lelaki Sejati, Anak Idaman Ibu
Lelaki seperti inilah yang menjadi idaman setiap ibu.
Bukan yang hanya sukses di luar rumah,
tapi yang tetap hangat dan lembut kepada perempuan yang pertama kali memeluknya.
Bukan yang keras kepada dunia tapi kaku kepada ibunya,
melainkan yang tetap lembut kepada ibunya, meski telah menjadi pemimpin di rumah tangganya sendiri.
Ia bukan hanya anak kebanggaan,
tapi juga anak harapan, anak pelipur lara, anak yang doanya menyambung tak putus, bahkan saat ibu telah tiada.
Penutup: Inilah Bahagia Sejati Seorang Lelaki
Kebahagiaan sejati lelaki bukan hanya ketika gajinya besar,
bukan hanya saat anaknya sehat dan istrinya setia.
Tapi ketika ibunya tersenyum tenang karena tahu:
“Anakku menjagaku dengan cinta yang utuh.”
Dan dari senyum ibu itulah,
berkah hidup seorang lelaki mengalir tiada henti.
By: Andik Irawan