Dalam kehidupan manusia, persoalan rezeki sering kali menjadi pusat perhatian, bahkan kegelisahan. Banyak orang berlomba-lomba mencari rezeki dengan berbagai cara, strategi, dan usaha yang tak kenal lelah. Namun, dalam Islam, pemahaman tentang rezeki tidak hanya berkutat pada kerja keras, tetapi lebih dalam: menyentuh aspek taqdir (ketentuan Ilahi) dan doa sebagai ekspresi penghambaan sejati.
Usaha: Kewajiban Logis yang Tidak Perlu Diperdebatkan
Islam tidak pernah menafikan pentingnya ikhtiar. Bahkan, usaha adalah bagian dari akhlak manusia yang benar. Allah memerintahkan kita untuk bekerja, bertebaran di muka bumi, mencari karunia-Nya:
“Maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah…”
(QS. Al-Jumu’ah: 10)
Namun, usaha bukan jaminan rezeki. Ia hanya sebab lahiriah, bukan penentu hakiki. Karena itu, keberhasilan usaha tidak selalu identik dengan kelimpahan rezeki. Banyak yang bekerja keras tapi hasilnya tetap sedikit, sementara ada yang tampaknya ringan ikhtiarnya namun rezekinya deras. Di sinilah letak rahasia: rezeki itu pemberian, bukan semata hasil kerja.
Doa: Jalan Utama Memohon Rezeki
Rezeki termasuk dalam taqdir Allah. Ia bagian dari ketentuan-Nya yang sudah ditulis sejak kita dalam kandungan. Maka, manusia tidak bisa memaksa rezeki datang hanya dengan usaha, karena rezeki itu misteri—hanya Allah yang tahu kapan, dari mana, dan seberapa besar ia datang.
Lalu apa yang bisa kita lakukan? Berdoa.
Berdoa bukanlah simbol kelemahan, tapi bentuk kepasrahan yang tertinggi. Hanya Allah yang bisa mengubah ketentuan-Nya, dan hanya Dia yang berwenang memperluas atau menyempitkan rezeki.
“Dan tidak ada satu makhluk melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.”
(QS. Hud: 6)
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku perkenankan bagimu.”
(QS. Ghafir: 60)
Maka, doa bukan pelengkap usaha, tetapi inti dari pengharapan. Doa bukan cadangan terakhir, tapi jalan utama bagi hamba untuk mendapatkan limpahan rezeki yang halal dan berkah.
Hati-hati dalam Hidup: Kunci Agar Doa Dikabulkan
Jika kita ingin doa kita dikabulkan, maka ketaatan adalah syaratnya. Tidak mungkin seseorang meminta rezeki dari Allah, tapi hidupnya jauh dari aturan-Nya. Ia mencari rezeki, tapi dengan cara yang haram. Ia berharap diberi banyak, namun tidak menjaga lisan dan amalnya. Ini kontradiksi spiritual yang menghalangi terkabulnya doa.
Rasulullah SAW bersabda tentang seseorang yang berdoa dalam keadaan makanannya haram, pakaiannya haram, rezekinya haram. Maka beliau bertanya:
“Bagaimana bisa doanya dikabulkan?”
(HR. Muslim)
Karenanya, hidup harus dijaga. Jangan melanggar syariat. Jangan terlibat dalam riba, penipuan, atau kecurangan. Jangan zalim kepada orang lain, karena semua itu menjadi penghalang turunnya rezeki dan terkabulnya doa.
Kesimpulan
Rezeki adalah urusan Allah, dan doa adalah senjata utama seorang hamba. Usaha memang penting dan wajib, tapi ia bukan penentu akhir. Yang menentukan adalah kehendak Allah yang dibuka melalui doa dan ditopang oleh ketaatan. Maka, berdoalah terus, bersihkan hati, taatlah kepada Allah, dan yakinlah: rezeki akan datang dari arah yang tak terduga saat Allah berkehendak.
By: Andik Irawan