“Ketika Segalanya Bisa Dibeli: Krisis Nilai dalam Bayang-Bayang Kapitalisme Tanpa Nurani”

Bagikan Keteman :

Zaman terus bergerak maju. Teknologi berkembang, dunia terasa makin dekat, namun satu hal yang justru semakin langka: kejujuran. Hari ini, kejujuran tidak hanya menjadi barang mahal, tapi juga bisa dibeli. Ironis. Mereka yang seharusnya menjadi penjaga nilai, justru ikut dalam pusaran jual beli nurani. Oknum kiyai dan ulama, para cendekiawan dan akademisi, bahkan suara rakyat kecil, semua bisa diperdagangkan. Apa yang sedang terjadi?

Krisis ini bukan sekadar masalah ekonomi atau politik. Ini adalah krisis harga diri, krisis kemanusiaan.

Ketika manusia tak lagi memegang teguh kehormatannya, maka ia rela menjual dirinya. Kekuasaan, jabatan, dan kenyamanan dunia menjadi alasan untuk meninggalkan prinsip. Padahal manusia diciptakan bukan untuk menjadi hamba uang, melainkan hamba Tuhan Yang Maha Rahman.

Inilah wajah penjajahan baru, ketika manusia tidak lagi dijajah dengan senjata, melainkan dengan uang. Ketika para pemilik modal besar—konglomerat hitam dan penguasa ekonomi rakus—mengendalikan sistem melalui boneka-boneka manusia. Mereka bukan lagi menaklukkan wilayah, tapi nurani. Inilah kolonialisme terselubung yang tak disadari, namun dampaknya jauh lebih dahsyat: matinya harga diri sebuah bangsa.

Namun di tengah semua itu, rahmat Allah tidak pernah surut. Masih ada jiwa-jiwa bersih yang tak tergoda, masih ada hati-hati yang kukuh menjaga integritas. Allah tidak akan membiarkan kebatilan menang selamanya. Ujian ini adalah panggilan untuk bangkit, bukan hanya secara sosial, tapi secara spiritual.

Kita butuh lebih dari sekadar reformasi hukum atau politik. Kita butuh reformasi hati. Kita butuh membangun kembali bangsa ini dari dalam: dari keluarga, dari masjid, dari ruang kelas, dari diri sendiri. Kita butuh melahirkan kembali generasi yang tak bisa dibeli, karena mereka sudah menjual jiwanya hanya kepada Tuhan.

Mari kembali kepada nilai-nilai luhur, mari jaga kejujuran sebagai warisan yang tak ternilai. Dan di atas segalanya, mari kita yakini bahwa kemenangan sejati bukanlah ketika kita memiliki banyak, tapi ketika kita tetap teguh dalam kebenaran meski ditinggalkan dunia.

Karena harga diri tidak bisa dibeli. Ia hanya bisa dijaga, oleh mereka yang takut kepada Allah dan cinta kepada kebenaran.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment