Bukan Membatasi Perempuan, Tapi Saatnya Memberdayakan Pria

Bagikan Keteman :


Bukan Membatasi Perempuan, Tapi Saatnya Memberdayakan Pria

Di tengah hiruk-pikuk zaman modern, dunia kerja berubah drastis. Perempuan kini tampil di barisan depan: menjadi pejabat, guru, pengusaha, bahkan sopir ojek online. Kehadiran mereka bukan lagi pengecualian, melainkan sudah menjadi bagian utama dari mesin ekonomi bangsa. Tapi di balik semua itu, ada kegelisahan yang mulai muncul: ke mana peran laki-laki? Mengapa banyak dari mereka tertinggal, bahkan kehilangan peluang?

Pertanyaan besar pun muncul: Mengapa negara tidak membuat batasan agar dominasi kerja perempuan tidak kebablasan?

Jawabannya tidak sederhana. Tapi mari kita bahas dengan jujur dan adil.

Kesetaraan Bukan Ancaman, Tapi Tantangan Baru

Kita hidup di era di mana kesetaraan gender dijunjung tinggi. Dunia tak lagi melihat jenis kelamin sebagai patokan, tapi kemampuan. Jika perempuan bekerja keras, berpendidikan tinggi, dan mampu bersaing, mengapa mereka harus dibatasi?

Yang perlu dipahami: kesetaraan bukan berarti menggeser laki-laki, tetapi menuntut mereka untuk bangkit dan berkembang setara.

Sistem yang Belum Sempurna: Saatnya Kritik dengan Solusi

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa sistem seringkali tidak memihak pria dari kalangan bawah:

  • Tidak ada pelatihan khusus untuk kepala keluarga laki-laki yang kesulitan kerja
  • Tidak ada afirmasi atau dukungan ketika pria menjadi penganggur terdidik
  • Banyak beban sosial menumpuk di pundak laki-laki, tapi tidak ada jalan keluar sistemik

Bukan berarti kita harus membatasi perempuan, tetapi negara dan masyarakat harus mulai memperhatikan potensi terpinggirkannya pria dalam ekosistem kerja modern.

Solusi Bukan Menyalahkan, Tapi Menyeimbangkan

Daripada menyerukan pembatasan, lebih baik kita dorong:

  1. Peluang pelatihan kerja untuk pria yang kehilangan arah
  2. Program khusus bagi kepala keluarga agar punya daya saing
  3. Penguatan peran maskulin yang positif di tengah masyarakat

Kita butuh strategi nasional untuk menyelamatkan pria dari keterpurukan—bukan dengan menyingkirkan wanita, tapi dengan memperkuat fondasi maskulinitas yang sehat dan bertanggung jawab.

Lelaki Sejati Bukan Takut Tersaingi, Tapi Siap Bertransformasi

Ini bukan soal siapa yang menang, tapi bagaimana kita bisa maju bersama. Dunia butuh pria dan wanita yang kuat. Jika perempuan sudah menunjukkan kualitasnya, maka saatnya pria juga berbenah, belajar, dan tampil kembali sebagai pemimpin—bukan karena dia laki-laki, tapi karena dia pantang menyerah dan penuh kualitas.


Penutup: Dunia Butuh Keseimbangan, Bukan Kompetisi Buta

Mari kita hentikan narasi saling curiga antar gender. Perempuan bukan musuh, dan laki-laki bukan korban. Yang dibutuhkan adalah sistem yang adil, kebijakan yang bijaksana, dan mentalitas yang mau bangkit.

Bukan saatnya membatasi perempuan, tapi saatnya membebaskan potensi pria yang selama ini tertidur.

Bangkitlah, wahai para lelaki. Dunia ini masih membutuhkanmu.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment