Waktu Adalah Amanah, Bukan Sekadar Lewat
Kelak di hari kebangkitan, saat seluruh manusia berdiri di hadapan Tuhan untuk dihisab, akan ada empat pertanyaan utama yang tak seorang pun bisa lari darinya. Salah satunya adalah: “Tentang umurmu, untuk apa kau habiskan?”
Pertanyaan ini sederhana, namun sarat makna. Karena saat Allah bertanya tentang umur, sejatinya itu adalah pertanyaan tentang waktu. Bagaimana kita mengisi detik demi detik, jam demi jam, hari demi hari dalam kehidupan ini.
Waktu Adalah Titipan, Bukan Milik
Seringkali kita merasa waktu itu milik kita. Kita bebas menggunakannya sesuka hati. Namun dalam pandangan iman, waktu adalah amanah dari Allah. Ia bukan milik kita, tapi titipan yang akan dimintai pertanggungjawaban. Maka setiap detik yang berlalu adalah saksi, apakah ia kita isi dengan kebaikan, atau justru kita sia-siakan?
Setiap waktu yang terbuang tanpa manfaat, sejatinya adalah nikmat yang dikufuri. Sementara setiap waktu yang digunakan untuk kebaikan, ibadah, belajar, bekerja dengan jujur, membantu sesama, adalah bentuk syukur yang nyata.
Bagaimana Agar Waktu Kita Bernilai di Hadapan Allah?
Jawabannya sederhana namun dalam: gunakan waktu untuk mencari keridhaan-Nya.
Tapi bagaimana caranya?
- Niatkan setiap aktivitas sebagai ibadah. Makan, bekerja, belajar, bahkan beristirahat—semua bisa bernilai ibadah jika diniatkan untuk menjaga amanah tubuh dan keluarga.
- Isi hari dengan amal yang mendekatkan diri pada-Nya. Tidak harus terus-menerus dalam ibadah mahdhah (seperti salat atau puasa), tetapi jadikan waktu sarana untuk menebar manfaat.
- Hindari aktivitas yang sia-sia. Jika suatu kegiatan tidak membawa manfaat dunia atau akhirat, pertimbangkan kembali: pantaskah ia mencuri waktumu?
- Muhasabah harian. Biasakan bertanya pada diri sendiri setiap malam: Apa amal terbaikku hari ini? Apakah waktu hari ini bernilai di sisi Allah?
Karena Hidup Terlalu Singkat untuk Disia-siakan
Hidup ini bukan tentang panjangnya waktu, tapi bagaimana kualitas waktu itu digunakan. Ada orang hidup 70 tahun, tapi sia-sia. Ada pula yang hidup hanya 30 tahun, namun setiap detiknya bermanfaat dan diberkahi.
Ingatlah: waktu tidak bisa diputar ulang. Detik yang berlalu tidak akan kembali. Maka mari jadikan setiap waktu sebagai kesempatan untuk menabung pahala, memperbaiki diri, dan mengejar ridha Ilahi.
Mulai sekarang. Mulai dari detik ini. Jangan tunggu waktu luang, karena waktu tidak akan pernah menunggu.
By: Andik Irawan