Kecantikan: Antara Anugerah, Amanah, dan Ujian Kehidupan
Di balik senyum seorang perempuan yang memesona, di balik sorot matanya yang menyimpan ketenangan, terdapat sebuah anugerah besar bernama kecantikan. Ia bukan sekadar rupa elok atau tubuh ideal yang sering dipuja. Lebih dari itu, kecantikan adalah sebuah derajat—yang bisa menjadi jalan mulia menuju kebaikan, atau justru jebakan yang menjerumuskan jika tak disikapi dengan bijaksana.
Kecantikan ragawi bukanlah sesuatu yang dimiliki setiap orang. Karena itu, saat seorang perempuan dikaruniai fisik yang memikat, ia tengah diberi amanah dan ujian sekaligus. Amanah untuk menjaganya, ujian untuk tidak tergoda menyalahgunakannya.
Mengapa begitu banyak peluang terbuka bagi perempuan cantik?
Jawabannya jelas. Kecantikan memiliki magnet sosial. Ia memudahkan akses dalam relasi, pekerjaan, bahkan dalam membangun pengaruh. Namun ingat, kemudahan bukan berarti jaminan keselamatan. Sebab, yang tampak luar hanyalah pembuka pintu. Yang menentukan akhir cerita adalah bagaimana ia memaknai dan memanfaatkan karunia itu.
Perempuan cantik yang bijaksana tahu, bahwa kecantikan sejatinya bukan untuk dijual murah. Ia bukan untuk dipamerkan tanpa nilai, apalagi dikomersialisasi dalam bentuk yang merendahkan. Kecantikan yang diletakkan berdampingan dengan harga diskon, menjadi objek iklan murahan, atau ditukar dengan popularitas sesaat, adalah bentuk ketidaksyukuran atas nikmat Tuhan.
Sebaliknya, perempuan yang memuliakan kecantikannya dengan akhlak, ilmu, dan tujuan hidup yang luhur akan tumbuh menjadi sosok yang memancarkan wibawa. Ia dihormati bukan hanya karena paras, tetapi karena pilihan-pilihannya yang terhormat. Di situlah letak kemuliaan sejati.
Kecantikan luar bisa pudar, tetapi kecantikan jiwa adalah keabadian.
Maka kepada setiap perempuan yang merasa dianugerahi wajah rupawan, tubuh menawan, atau aura yang memikat—ketahuilah bahwa itu adalah karunia yang tidak dimiliki semua orang. Namun yang lebih penting dari itu adalah bagaimana engkau memperlakukan anugerah itu dengan kesadaran, bukan kesembronoan.
Bangun dirimu bukan hanya sebagai perempuan yang cantik, tetapi juga bermartabat dan menginspirasi. Jadikan kecantikanmu sebagai jembatan menuju kemuliaan, bukan alat untuk merendahkan nilai dirimu sendiri.
Karena pada akhirnya, kecantikan yang paling dirindukan dunia adalah kecantikan yang bersinar dari hati yang bersyukur, akal yang bijak, dan tindakan yang terhormat.
By: Andik Irawan