Kita sering diajari bahwa menjadi dewasa adalah hal yang membanggakan. Tapi kenyataannya? Menjadi dewasa itu tidak enak. Tidak nyaman. Tidak mudah.
Ia bukan sekadar pertambahan usia, tapi proses panjang yang menuntut pengorbanan, pengendalian diri, dan kekuatan hati yang luar biasa.
Dewasa Bukan Tentang Bebas, Tapi Tentang Siap Menderita
Menjadi dewasa berarti siap tidak lagi memedulikan ego sendiri. Siap menahan marah demi menjaga hubungan. Siap menunda kesenangan demi tanggung jawab.
Tak lagi bisa cengengesan sesuka hati. Tak bisa main-main seenaknya. Bahkan untuk menangis pun, sering harus diam-diam agar tak dianggap lemah.
Dewasa itu seperti berdiri di garis depan—menahan luka agar orang-orang di belakang tetap merasa aman.
Dewasa Itu Sunyi, Tapi Penuh Arti
Tak semua tawa bisa dilepaskan. Tak semua candaan bisa diucapkan. Orang dewasa belajar bahwa tidak semua hal bisa diselesaikan dengan emosi, tidak semua kebenaran harus diteriakkan.
Ia hidup dalam dunia penuh pertimbangan, kecemasan, dan kewaspadaan.
Ada rasa khawatir yang tak kunjung hilang—tentang masa depan, tentang orang-orang yang dicintai, tentang beban yang harus dipikul tanpa banyak bicara.
Dewasa Adalah Proses Menjadi Jiwa yang Tangguh
Jika anak-anak bisa tertawa setelah berbohong, orang dewasa justru hancur hati jika tak jujur pada dirinya sendiri.
Jika anak-anak hidup untuk bermain, orang dewasa hidup untuk memastikan semua baik-baik saja.
Bukan karena ingin jadi pahlawan, tapi karena ia tahu tak ada yang bisa ia andalkan selain dirinya sendiri.
Dewasa Adalah Jalan Sunyi Menuju Kematangan Jiwa
Menjadi dewasa memang membuat kita kehilangan sebagian keceriaan masa kecil, tapi sebagai gantinya, kita diberi sesuatu yang lebih dalam:
kekuatan untuk menguatkan, keteguhan untuk menenangkan, dan keikhlasan untuk melepaskan.
Penutup: Dewasa Itu Tidak Mudah, Tapi Mulia
Tidak semua orang mampu menjadi dewasa sepenuhnya. Maka jika kamu merasa lelah, kaku, atau khawatir terus-menerus, mungkin itu bukan kelemahan—itu tanda bahwa kamu sedang menjalani proses yang benar.
Dewasa itu sunyi, tapi penuh kemuliaan. Tak terlihat oleh banyak mata, tapi dihargai oleh langit.
By: Andik Irawan