Sudah Dewasa Tapi Masih Kekanak-kanakan? Saatnya Bangkit Menjadi Pribadi Sejati

Bagikan Keteman :


Sudah Dewasa Tapi Masih Kekanak-kanakan? Saatnya Bangkit Menjadi Pribadi Sejati

Di dunia ini, usia boleh bertambah. Tapi kedewasaan—itu soal pilihan.
Kita sering menjumpai orang yang secara usia tergolong dewasa, bahkan mungkin sudah lewat kepala empat, tapi masih memiliki pola pikir dan perilaku seperti anak-anak:

  • Suka bercanda berlebihan tanpa batas waktu dan tempat
  • Lari dari tanggung jawab
  • Egois dan ingin menang sendiri
  • Tidak peduli dengan kepentingan orang lain
  • Sibuk mencari kesenangan remeh yang tak membawa makna

Apa yang salah? Bukankah usia harusnya membawa kematangan?


Dewasa Itu Bukan Sekadar Umur, Tapi Kesiapan Jiwa

Menjadi dewasa bukan soal berapa usia yang tercatat di KTP.
Dewasa adalah tentang tanggung jawab, kesadaran, dan keberanian untuk menghadapi kenyataan hidup.

Orang yang dewasa tahu kapan bercanda, kapan serius.
Ia tahu kapan harus mengalah, dan kapan harus bicara tegas.
Ia tidak egois karena tahu hidup ini bukan hanya tentang dirinya.
Ia tidak kabur dari tanggung jawab karena sadar, hidup butuh keberanian, bukan pelarian.


Kenapa Banyak Orang Tua Tapi Tidak Dewasa?

  1. Karena tidak pernah belajar menanggung beban
    Hidup dalam kenyamanan bisa membuat seseorang besar tubuhnya, tapi kecil jiwanya.
  2. Karena tidak mau berubah
    Mereka terjebak di zona nyaman masa lalu dan menolak bertumbuh.
  3. Karena lupa tujuan hidup
    Sibuk mengejar kesenangan sementara, hingga lupa membangun makna dan dampak.

Saatnya Bangkit: Dewasa Itu Kemuliaan, Bukan Keterpaksaan

Jika Anda merasa masih sering bertingkah seperti anak-anak padahal usia sudah dewasa—itu bukan akhir dari segalanya.
Itu justru awal kesadaran.
Kesadaran adalah langkah pertama menuju pertumbuhan.

Mulailah dari hal-hal kecil:

  • Belajar mendengarkan tanpa membalas
  • Selesaikan tugas tanpa disuruh
  • Kendalikan emosi, bukan dikuasai olehnya
  • Pikirkan orang lain, bukan hanya diri sendiri

Karena sejatinya, dewasa itu bukan kehilangan tawa, tapi menemukan makna.


Penutup: Pilih Menjadi Dewasa, Pilih Menjadi Berarti

Jangan biarkan usia hanya menambah angka.
Biarlah ia menjadi saksi bahwa kita telah bertumbuh, telah belajar, dan telah menjadi manusia yang utuh.
Karena di ujung kehidupan, bukan seberapa sering kita tertawa yang akan diingat,
tapi seberapa banyak kita bertanggung jawab dan memberi makna.


Saatnya tinggalkan sikap kekanak-kanakan, dan bangkit jadi pribadi yang dewasa, kuat, dan menginspirasi.
Dunia butuh lebih banyak orang dewasa sejati—bukan hanya yang tua usia, tapi matang dalam jiwa.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment