Di tengah hiruk-pikuk kehidupan yang kian kompleks, kita sering menyaksikan pertengkaran, percekcokan, bahkan peperangan yang seolah tak berkesudahan. Mengapa semua ini terjadi? Apa yang menyebabkan manusia sulit hidup rukun dan damai? Jawabannya seringkali kembali pada dua hal mendasar: keyakinan yang benar dan ilmu yang cukup.
1. Keyakinan yang Menuntun pada Kebaikan
Keyakinan bukan sekadar label atau identitas. Keyakinan sejati adalah fondasi hidup yang membentuk cara berpikir, bersikap, dan bertindak. Keyakinan yang benar akan menumbuhkan cinta kasih, toleransi, dan kesadaran bahwa setiap manusia berharga. Keyakinan yang benar mengajarkan kita untuk menyelesaikan konflik dengan hati, bukan dengan kekerasan.
Sebaliknya, keyakinan yang sesat—atau ketiadaan keyakinan sama sekali—sering menjadi akar dari kekacauan. Ketika hati tak lagi punya arah, ketika nilai-nilai luhur tercerabut, manusia bisa berubah menjadi makhluk yang hanya mengikuti hawa nafsu dan ego. Ia bisa menjadi pribadi bengis, suka merusak, bahkan tak ragu menumpahkan darah.
2. Ilmu: Penuntun dalam Hidup Bersama
Keyakinan yang benar perlu ditopang oleh ilmu. Tanpa pengetahuan yang cukup tentang cara hidup berbangsa dan bernegara, seseorang mudah salah langkah. Ia bisa mengklaim paling benar, memaksakan kehendak, dan mengabaikan aturan bersama. Padahal, hidup dalam masyarakat dan negara butuh aturan, etika, dan pemahaman tentang hak serta kewajiban.
Ilmu membuat kita tahu bagaimana menyuarakan pendapat tanpa menghina. Ilmu mengajarkan kita bagaimana menjaga hak kita tanpa melanggar hak orang lain. Ilmu membimbing kita agar menjadi warga negara yang aktif, cerdas, dan bijaksana.
3. Saat Keyakinan dan Ilmu Bekerja Bersama
Inilah kuncinya. Ketika keyakinan yang benar dan ilmu yang cukup bertemu dalam diri seseorang, maka lahirlah pribadi yang damai, kuat, dan menginspirasi. Ia tidak mudah terprovokasi, tidak suka membuat kerusuhan, dan selalu mencari jalan terbaik untuk kebaikan bersama.
Bayangkan jika masyarakat kita dipenuhi oleh orang-orang seperti ini. Kehidupan pasti akan lebih tenang. Tak ada lagi percekcokan tanpa makna, tak ada lagi konflik karena perbedaan. Yang ada hanyalah kolaborasi, saling menghargai, dan semangat membangun masa depan bersama.
4. Mari Menjadi Bagian dari Solusi
Kita tidak bisa mengubah dunia dalam sehari, tetapi kita bisa mulai dari diri sendiri. Bangunlah keyakinan yang benar, yang membawa kita pada cinta kasih dan kebaikan. Pelajarilah ilmu kehidupan, hukum, dan cara hidup bersama. Jangan hanya menjadi penonton dalam perubahan—jadilah pelakunya.
Karena kedamaian itu bukan utopia. Ia nyata, jika kita mau memulainya.
By: Andik Irawan