“Merasa Lemah, Justru Tanda Kekuatan Sejati”

Bagikan Keteman :

“Merasa Lemah, Justru Tanda Kekuatan Sejati”

Di tengah dunia yang memuja kekuatan, kemandirian, dan kebebasan mutlak, ada satu perasaan yang kerap dianggap kelemahan: perasaan lemah, butuh ditolong, dilindungi, dan dijaga. Namun sesungguhnya, inilah justru fondasi dari kekuatan sejati dalam perspektif spiritual. Perasaan sebagai hamba—bukan manusia merdeka dalam arti absolut—adalah bentuk kesadaran terdalam tentang posisi kita di hadapan Tuhan.

Manusia yang sadar dirinya hamba akan berkata dalam hatinya, “Aku tidak berdaya tanpa pertolongan-Nya.” Dari sini tumbuhlah ketundukan, kerendahan hati, dan rasa syukur. Ia tahu bahwa apa pun yang ia miliki, bukan hasil semata dari usahanya, tapi anugerah dari Tuhan. Ia tidak mudah sombong, karena ia merasa bukan pemilik sejati apa pun. Dan karena ia merasa dijaga, dilindungi, dan disayangi Tuhan, ia pun terdorong untuk menjaga dan menyayangi manusia lain.

Sebaliknya, manusia yang merasa “merdeka”—dalam arti lepas dari Tuhan—cenderung menjadikan dirinya pusat segalanya. Ia merasa tidak butuh ditolong, tidak perlu dijaga, dan bebas menentukan sendiri segala sesuatu. Di sinilah muncul potensi kesombongan. Dalam sejarah dan kenyataan hidup, betapa banyak kezaliman lahir dari manusia yang merasa paling bebas, paling kuat, dan tak terikat pada apa pun kecuali kehendaknya sendiri.

Padahal, kebebasan sejati bukanlah bebas dari Tuhan, tetapi bebas dari dorongan nafsu, dari ketakutan terhadap manusia, dan dari belenggu dunia. Ketika seseorang mengakui dirinya hamba Tuhan, ia sebenarnya sedang membebaskan dirinya dari perbudakan terhadap makhluk, ego, dan dunia yang fana.

Maka, perasaan lemah, butuh perlindungan, dan ingin diselamatkan bukanlah tanda kelemahan. Itu adalah tanda bahwa seseorang sadar akan realitas dirinya—makhluk yang terbatas dan fana. Kesadaran inilah yang membuatnya lebih manusiawi, lebih patuh, lebih lembut, dan lebih peduli pada sesama.

Karena hanya manusia yang merasa butuh Tuhan, yang akan menjadi manusia yang tidak menyakiti manusia lain.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment