Ketika Kiai Kalah oleh Dukun: Pertarungan Keyakinan di Dunia yang Netral

Bagikan Keteman :


Dalam kehidupan masyarakat, kita sering mendengar kisah atau kabar tentang pertarungan batin antara seorang kiai—yang mewakili kekuatan tauhid—melawan seorang dukun santet—yang mengandalkan kesyirikan dan bantuan makhluk halus. Kadang dalam kisah tersebut, sang kiai justru “kalah” secara lahiriah: jatuh sakit, terganggu, bahkan dikabarkan wafat akibat serangan gaib.

Lalu muncul pertanyaan besar:

Bagaimana bisa seorang yang bertauhid murni, pengamal kebenaran, dikalahkan oleh pelaku syirik? Bukankah kebenaran semestinya menang?

Mari kita bahas secara mendalam, tidak emosional, tapi tetap dalam koridor iman dan akal sehat.


Keyakinan: Sumber Kekuatan Lintas Dimensi

Satu hal yang disepakati dalam banyak ajaran dan realitas hidup adalah bahwa keyakinan—apa pun bentuknya—bila dipegang teguh dan bulat dalam hati, akan melahirkan kekuatan besar. Keyakinan yang bulat melahirkan keberanian, ketekunan, fokus, dan kepercayaan diri.

Hal ini berlaku lintas iman dan lintas aliran: baik bagi orang yang bertauhid, maupun bagi pelaku syirik, bahkan bagi mereka yang sekadar yakin pada kekuatan semesta, energi batin, atau makhluk halus. Dunia ini tunduk pada hukum sebab-akibat (sunnatullah). Maka siapa pun yang serius, fokus, dan yakin, bisa memetik hasil duniawi.


Tuhan Sesuai dengan Prasangka Hamba-Nya

Dalam hadis qudsi, Allah berfirman:

“Aku tergantung pada prasangka (keyakinan) hamba-Ku kepada-Ku.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Artinya, Allah memperlakukan hamba-Nya sesuai dengan sejauh mana keyakinan hamba itu kepada-Nya. Ini menunjukkan betapa kuatnya peran iman, prasangka baik, dan kepasrahan dalam membentuk realitas hidup manusia.

Namun, penting untuk dicatat:
Hadis ini berbicara tentang keyakinan kepada Allah, bukan kepada selain-Nya.


Mengapa Dukun Bisa Menang dalam Kisah Tertentu?

Dukun santet bisa saja menampakkan “keberhasilan” dalam menyakiti atau mencelakakan seseorang karena beberapa faktor:

  1. Keyakinannya kepada kekuatan gaib (meskipun batil) sangat teguh.
  2. Ia menjalankan ritual dan perjanjian gaib dengan penuh totalitas.
  3. Ia menggunakan jalan-jalan syirik yang memang bisa memengaruhi realitas fisik, dengan izin Allah.

Namun keberhasilan ini hanya berlaku dalam dimensi dunia, dan bukan bukti bahwa syirik itu benar.

Sebaliknya, seorang kiai bisa saja wafat karena santet, bukan karena kalah keyakinan, melainkan karena:

  • Allah sedang mengujinya.
  • Allah hendak meninggikan derajatnya.
  • Allah menakdirkan kematiannya sebagai syahid.

Dunia: Tempat Ujian, Bukan Penentu Kebenaran

Dunia ini bukan tempat ganjaran akhir, melainkan tempat ujian. Allah membiarkan kebenaran dan kebatilan berjalan berdampingan untuk menguji siapa yang benar-benar bertahan di jalan-Nya.

“Dan Kami jadikan sebagian kamu cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar?”
(QS. Al-Furqan: 20)

Maka, jika dalam kisah tertentu kiai “kalah” dan dukun “menang”, itu bukan ukuran kebenaran, melainkan bagian dari ujian dan misteri takdir yang pasti mengandung hikmah.


Kesimpulan: Menang Lahir Boleh, Tapi Menang Akhirat Harus

  • Keyakinan yang kuat, apapun bentuknya, bisa menciptakan efek duniawi.
  • Namun hanya keyakinan tauhid yang memberi jaminan keselamatan di akhirat.
  • Kiai yang wafat karena disantet tidak kalah secara hakikat, justru bisa menang sebagai syuhada.
  • Dukun yang berhasil secara duniawi, bisa jadi sedang disesatkan dalam kenikmatan semu (istidraj).
  • Maka, jangan tertipu oleh kemenangan lahir, karena kemenangan sejati adalah saat bertemu Allah dengan membawa iman yang murni.

“Kekuatan keyakinan memang bisa menembus batas dunia. Tapi hanya keyakinan yang benar yang akan membawamu selamat ke akhirat.”


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment