Mukjizat yang Tak Pernah Padam: Bagaimana Manusia Modern Meyakini Kenabian Muhammad SAW

Bagikan Keteman :


Pada masa lalu, para nabi diutus dengan mukjizat yang luar biasa. Nabi Ibrahim dibakar hidup-hidup namun tidak terbakar, Nabi Musa berhadapan dengan tukang sihir Fir’aun dan membelah laut, Nabi Shaleh mengeluarkan unta dari batu karang, dan Nabi Muhammad SAW sendiri menghadapi ancaman pembunuhan serta berbagai tantangan besar dari kaumnya. Mukjizat-mukjizat itu nyata, bisa disaksikan langsung oleh masyarakat di zamannya, hingga membuat banyak orang tunduk dan beriman.

Namun sekarang, zaman sudah berubah. Kita tidak lagi hidup berdampingan langsung dengan seorang nabi. Maka pertanyaan besar muncul: Bagaimana manusia modern dapat meyakini bahwa Muhammad benar-benar seorang nabi utusan Tuhan?

Jawabannya: Al-Qur’an, Mukjizat yang Abadi

Mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW bukanlah sesuatu yang bisa dilihat secara kasat mata seperti membelah bulan atau perjalanan Isra’ Mi’raj. Mukjizat beliau yang paling agung adalah Al-Qur’an—sebuah kitab yang tidak hanya bertahan lebih dari 14 abad, tetapi juga terus menantang nalar manusia lintas zaman.

1. Mukjizat Ilmiah yang Melampaui Zaman

Salah satu keunikan Al-Qur’an adalah keberadaan informasi yang baru bisa dipahami dan dibuktikan secara ilmiah di zaman modern, padahal diturunkan pada abad ke-7 ketika tidak ada teknologi canggih maupun metode ilmiah yang akurat.

Beberapa contohnya:

  • Tahapan penciptaan janin dalam rahim (QS. Al-Mu’minun: 12–14) yang kini selaras dengan embriologi modern.
  • Konsep Big Bang dan perluasan alam semesta (QS. Al-Anbiya: 30; QS. Adz-Dzariyat: 47).
  • Keunikan sidik jari manusia yang menjadi dasar forensik modern (QS. Al-Qiyamah: 3–4).
  • Pemisahan air laut dan air tawar di muara sungai (QS. Ar-Rahman: 19–20).

Ayat-ayat ini bukan saja menakjubkan, tetapi juga membuktikan bahwa mustahil Al-Qur’an adalah hasil karangan manusia biasa, apalagi seseorang yang hidup di tengah padang pasir 1.450 tahun yang lalu.

2. Keajaiban Bahasa dan Sastra

Orang Arab pada masa Nabi Muhammad dikenal sebagai bangsa yang sangat mengagungkan bahasa. Namun ketika Al-Qur’an turun, para penyair terbaik pun tak mampu menandingi keindahan, struktur, dan kedalaman maknanya. Bahkan, Al-Qur’an secara terbuka menantang siapa pun untuk menyusun satu surah saja yang sebanding dengannya—dan tidak ada yang mampu hingga hari ini.

“Jika kamu ragu terhadap apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surah yang semisal dengannya…” (QS. Al-Baqarah: 23)

3. Efek Transformasi Sosial yang Radikal

Al-Qur’an bukan hanya teks spiritual, tapi juga kekuatan transformasi. Ia mengubah bangsa Arab jahiliyah—yang tenggelam dalam perbudakan, fanatisme suku, dan kebodohan—menjadi peradaban dunia yang memimpin ilmu, etika, dan peradaban selama berabad-abad. Perubahan dahsyat ini tidak bisa dijelaskan hanya oleh faktor manusia biasa. Inilah bukti sosiologis kekuatan mukjizat Al-Qur’an.

4. Jembatan Logis untuk Manusia Modern

Di era ini, manusia lebih mengandalkan logika, bukti empiris, dan nalar ilmiah. Al-Qur’an memberikan semua itu—bukan hanya janji-janji metafisik, tapi juga data, keindahan bahasa, transformasi sosial, dan koherensi logika yang menggugah akal sehat.

Inilah jembatan bagi manusia modern: dari skeptisisme menuju keyakinan. Mereka mungkin tidak menyaksikan langsung onta keluar dari batu, atau laut terbelah, tetapi mereka bisa menyaksikan sendiri kemustahilan Al-Qur’an sebagai karya manusia biasa.


Kesimpulan: Keyakinan yang Rasional dan Spiritual

Mukjizat para nabi terdahulu bersifat fisik dan terbatas pada ruang dan waktu. Namun, mukjizat Nabi Muhammad SAW adalah mukjizat abadi—Al-Qur’an—yang tak lekang oleh zaman dan terus membuktikan kebenarannya dalam setiap generasi.

Bagi manusia modern, jalan menuju keyakinan pada kenabian Muhammad SAW bukan melalui kisah magis yang tak bisa diverifikasi, melainkan melalui mukjizat yang bisa dibaca, diteliti, dikaji, dan direnungkan setiap hari: Al-Qur’an.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment