Jalan Islam Itu Terang, Tapi Mengapa Masih Ada yang Tersesat?

Bagikan Keteman :


Jalan Islam Itu Terang, Tapi Mengapa Masih Ada yang Tersesat?

Menjadi seorang Muslim adalah sebuah keputusan besar. Bukan sekadar status sosial atau warisan dari orang tua, tetapi pilihan sadar untuk hidup dalam sistem nilai yang diturunkan langsung oleh Allah melalui Al-Qur’an dan teladan Nabi Muhammad SAW.

Islam bukan agama abu-abu. Islam itu terang, jelas, dan tegas. Semua yang diperintahkan dan dilarang telah ditetapkan. Cara beribadah telah dijelaskan. Akidah telah dirumuskan dengan sempurna. Tidak ada celah dalam Islam yang menyebabkan manusia tersesat—kecuali jika manusianya sendiri tidak peduli untuk memahaminya.


Ilmu: Penjaga dari Kesesatan

Di balik setiap penyimpangan akidah dan kesalahan perilaku, sering kali ada satu akar utama: kebodohan.

Bukan karena Islam membingungkan. Bukan karena ajarannya rumit. Tetapi karena:

  • Islam tidak dipelajari dengan serius.
  • Ajarannya dianggap remeh.
  • Ditanggapi dengan kelakar, gurauan, dan sikap acuh tak acuh.

Inilah kebodohan yang disengaja, yang lebih berbahaya daripada tidak tahu.

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang berilmu yang takut kepada Allah.”
(QS. Fathir: 28)


Dari Bodoh Menuju Sesat: Rantai Kerusakan Spiritual

Ketika Islam tidak dipahami dengan benar, maka pemahaman yang keliru akan tumbuh subur, bahkan dianggap sah. Dari sinilah kesesatan bermula, perlahan tapi pasti:

  • Pertama, muncul sikap meremehkan: Ibadah jadi formalitas, ilmu agama jadi sekadar wacana.
  • Kedua, muncul pemahaman ngawur: Mengambil agama secara sepotong, mencampur aduk antara ajaran langit dan tradisi keliru.
  • Ketiga, berujung pada kerusakan akidah: Timbul syirik, munafik, bahkan bisa sampai murtad—semua dimulai dari kebodohan yang dianggap biasa.

Islam pun menjadi seperti baju longgar: dikenakan, tapi tidak melekat. Diperlihatkan, tapi tidak menyatu dengan hati.


Muslim, Tapi Takutkah Kita Tersesat?

Ironisnya, banyak orang merasa aman hanya karena sudah beragama Islam. Tidak ada kekhawatiran akan tersesat. Tidak ada rasa takut akan dosa akidah. Padahal Nabi sendiri—yang dijamin surganya—berdoa agar dijauhkan dari kesesatan.

“Ya Allah, tunjukkanlah kami kepada kebenaran sebagai kebenaran, dan anugerahkan kami kemampuan untuk mengikutinya.”
(Doa Nabi, HR. Baihaqi)

Ketika rasa takut terhadap kesesatan hilang, maka seseorang telah membuka jalan bagi syirik, nifak, dan kekufuran merasuki hidupnya secara halus tapi mematikan.


Jaga Iman, Rawat Islam dengan Ilmu dan Kesungguhan

Islam bukan hanya dipilih. Islam harus dipelajari, dipahami, diamalkan, dan dijaga.

  • Tanpa ilmu, iman menjadi rapuh.
  • Tanpa amal, ilmu menjadi kering.
  • Tanpa kesungguhan, Islam hanya menjadi label kosong.

Seorang Muslim sejati bukan hanya “beragama Islam”, tapi juga berjuang menjaga kemurniannya setiap hari, dengan belajar, mengoreksi diri, dan memperbarui iman secara sadar.


Penutup: Islam Tidak Pernah Menyesatkan

Islam tidak pernah menyesatkan siapa pun. Yang membuat seseorang tersesat adalah ketidakseriusannya sendiri dalam memahami dan menghidupkan ajaran Islam.

Jangan sampai kita tergolong orang yang:

  • Memakai Islam hanya sebagai identitas, tapi hidup dalam kekeliruan.
  • Beragama secara formal, tapi ruhnya kosong.
  • Mengaku Muslim, tapi perilaku menjurus pada kekufuran.

Belajarlah. Renungilah. Amalkanlah. Karena cahaya Islam hanya akan menuntun orang yang benar-benar ingin melihat.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment