Jangan Diam Saat Organisasi Mati: Bahaya Masyarakat yang Apatis dan Mudah Dibodohi
Di banyak lingkungan, kita kerap menjumpai organisasi yang seharusnya menjadi penggerak masyarakat—seperti RT/RW, lembaga adat, organisasi kepemudaan, atau keagamaan—namun justru tampak beku, mati suri, bahkan tak lagi memiliki fungsi nyata. Ironisnya, kondisi ini dianggap biasa saja oleh warga. Tidak ada pertanyaan, tidak ada kritik, seolah-olah keadaan ini memang tak perlu diubah. Inilah gejala kelumpuhan sosial yang bisa menjadi awal dari berbagai kerusakan dalam kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat yang Tidak Kritis: Subur untuk Ketertindasan
Ketika masyarakat bersikap diam terhadap kemacetan fungsi organisasi, sesungguhnya mereka sedang kehilangan kesadaran kritis. Padahal, dalam sistem sosial yang sehat, warga memiliki peran penting sebagai pengawas dan pengontrol atas keberadaan organisasi yang dibentuk untuk kepentingan bersama. Mereka semestinya aktif memberi masukan, bahkan kritik, ketika roda organisasi tak lagi bergerak.
Namun, jika masyarakat menganggap semuanya wajar, ini menunjukkan bahwa mereka telah menjadi masyarakat pasif, yang hanya menerima keadaan tanpa daya juang untuk memperbaikinya. Masyarakat seperti ini mudah disesatkan, bahkan dimanfaatkan oleh oknum yang punya kepentingan.
Bahaya Ketika Orang Cerdas Tak Bermoral Muncul
Celakanya, dalam masyarakat yang apatis dan tidak kritis, seringkali muncul individu-individu cerdas yang tidak dibarengi dengan akhlak dan tanggung jawab moral. Kecerdasannya tidak digunakan untuk membangun, tapi justru untuk membodohi, menipu, dan mengeksploitasi masyarakat. Mereka bisa tampil seolah sebagai pemimpin, padahal hanya ingin menguasai dan memperalat warga demi keuntungan pribadi.
Inilah bahaya nyata dari kondisi sosial yang tidak sehat. Masyarakat yang lemah akan menjadi ladang subur bagi kejahatan terselubung, dan lambat laun mereka akan menjadi korban kebijakan, penindasan, bahkan kemunduran moral.
Saatnya Bangkit: Lawan Budaya Diam
Kita perlu belajar dari pemikiran Paulo Freire, seorang tokoh pendidikan kritis, yang mengatakan bahwa pendidikan sejati harus membangkitkan kesadaran. Masyarakat harus diajak berpikir, bertanya, dan berani menyuarakan kebenaran. Organisasi yang mati bukanlah hal yang patut dimaklumi—ia harus dibangkitkan atau diperbaiki.
Membangun budaya kritis dan partisipatif adalah langkah awal menuju masyarakat yang kuat, berdaya, dan tahan terhadap segala bentuk manipulasi. Warga harus menyadari bahwa mereka adalah subjek utama perubahan, bukan penonton pasif dalam drama sosial yang berjalan.
Penutup: Jangan Jadi Korban, Jadilah Penggerak
Jangan biarkan lingkungan kita dikuasai oleh kebekuan. Jangan biarkan organisasi penting hanya menjadi papan nama. Jika masyarakat diam, maka mereka sedang membuka pintu bagi kerusakan. Tapi jika masyarakat bangkit, maka akan lahir perubahan.
Mari menjadi warga yang peduli, berani bertanya, berani mengkritik, dan berani bertindak demi kehidupan sosial yang lebih adil dan bermartabat.
By: Andik Irawan