Merawat Iman: Jangan Sampai Keyakinan Tergadai Mistik dan Klenik
Banyak orang merasa telah selesai hanya karena sudah memiliki agama. Seakan-akan, memeluk Islam saja sudah cukup untuk menjamin keselamatan dunia akhirat. Padahal, memiliki Islam hanyalah awal dari perjalanan panjang—bukan titik akhir.
Keyakinan itu ibarat tanaman. Ia bisa tumbuh subur jika dipelihara dengan baik, namun juga bisa layu, bahkan mati, jika dibiarkan tanpa perawatan.
Iman Butuh Bukti, Bukan Sekadar Identitas
Mengaku beriman tapi tidak pernah sholat. Mengklaim Muslim tapi tak pernah membaca Al-Qur’an. Mengucap “La ilaha illallah” tapi hidup tanpa dzikir, tanpa sedekah, tanpa ketaatan. Maka sebenarnya, apa yang sedang dijaga?
Agama tidak hanya tinggal di mulut. Agama hidup dalam tindakan. Dan bila tindakan itu tak pernah ada, maka keyakinan pun akan memudar.
Ketika manusia berhenti menjaga iman melalui amal-amal harian, seperti sholat, dzikir, dan sedekah, iman perlahan-lahan rapuh. Dan rapuhnya iman adalah pintu masuk bagi godaan keyakinan lain yang menyimpang.
Saat Iman Melemah, Mistik Menggoda
Tak sedikit yang mengaku Muslim tapi mulai percaya pada benda bertuah. Mulai rajin mendatangi paranormal. Mengandalkan ramalan, jimat, sesajen, dan sejenisnya. Ini bukan sekadar penyimpangan kecil—ini adalah kemusyrikan yang sangat serius.
“Dan janganlah kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, karena syirik adalah kezaliman yang besar.”
(QS. Luqman: 13)
Syirik bukan hanya menyembah berhala. Ia juga terjadi ketika seseorang lebih percaya kepada hal-hal gaib yang tidak diajarkan Islam—menyandarkan perlindungan, keselamatan, atau nasib pada selain Allah.
Orang bisa sampai pada titik itu karena imannya tidak dijaga. Ia tidak lagi punya benteng untuk menolak keyakinan-keyakinan batil yang berkedok “alternatif spiritual.”
Menjaga Keyakinan Adalah Tanggung Jawab Harian
Maka, betapa pentingnya bagi seorang Muslim untuk tidak hanya “memiliki Islam,” tapi juga menumbuhkan Islam dalam dirinya.
Caranya sederhana, tapi konsisten:
- Sholat lima waktu sebagai poros hidup.
- Dzikir sebagai pengingat ruhani.
- Baca Al-Qur’an sebagai cahaya akal dan jiwa.
- Sedekah sebagai bentuk kasih sayang sosial.
- Menjauhi maksiat sebagai bukti cinta kepada Allah.
Tanpa itu semua, keyakinan bisa mati pelan-pelan. Dan kematian iman tidak terlihat secara fisik—tapi terasa dari keputusan-keputusan sesat yang diambil kemudian.
Penutup: Rawat Iman Sebelum Tersesat
Islam bukan sekadar warisan dari orang tua. Ia harus dijaga seperti menjaga nyawa. Bila tidak, maka tak ada jaminan seseorang tidak akan tergoda oleh jalan lain yang keliru.
Dan saat seseorang sudah mulai memercayai mistik, klenik, dan jalan gelap lainnya—maka hilanglah kemurnian tauhidnya. Dalam Islam, ini tidak bisa dianggap remeh. Musyrik dan kafir adalah status spiritual yang harus ditakuti.
Maka selagi masih ada waktu, mari pelihara iman kita.
Sebab iman bukan hanya untuk dikenang, tapi untuk diperjuangkan setiap hari.
By: Andik Irawan