Uzlah: Ketika Menjaga Iman Lebih Penting dari Sekadar Bertahan dalam Pergaulan

Bagikan Keteman :

Islam adalah agama yang mengatur seluruh dimensi kehidupan manusia secara sempurna dan menyeluruh (kaffah). Tidak hanya mengatur cara manusia beribadah kepada Tuhan, tetapi juga mengatur bagaimana ia bermuamalah dengan sesama manusia secara jujur, adil, dan bersih dari praktik-praktik batil seperti riba, suap, dan kecurangan.

Namun dalam realitas kehidupan, tak semua orang atau komunitas memiliki komitmen yang sama. Kita sering menemukan lingkungan pergaulan yang hanya menjalankan agama secara parsial—bagian ritual dijalankan, tetapi sisi muamalah justru diabaikan. Dalam situasi seperti ini, seorang Muslim yang ingin menjaga keutuhan iman dan komitmen kepada Islam kaffah akan menghadapi dilema yang tidak ringan: antara loyalitas terhadap pergaulan, atau kesetiaan kepada prinsip iman.


Pergaulan Itu Penting, Tapi Harus Dibingkai oleh Iman

Islam sangat menganjurkan ukhuwah dan pergaulan yang sehat. Namun, bukan berarti semua pergaulan layak dipertahankan. Pergaulan yang mengikis nilai dan mengajak kompromi terhadap syariat justru harus diwaspadai.

Allah SWT berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.”
(QS. At-Taubah: 119)

Bersama mereka yang jujur—yang lurus dalam beragama, utuh antara ibadah dan muamalah—itulah bentuk pergaulan yang diridhai Allah. Maka ketika lingkungan sekitar justru membiasakan keburukan, menormalisasi pelanggaran muamalah, dan menolak teguran syar’i, maka menjauh adalah sebuah langkah penyelamatan iman.


Ketika Tak Lagi Bisa Mengubah, Maka Menjauh Adalah Solusi

Setiap Muslim idealnya menjadi agen perubahan. Ia dituntut untuk berdakwah, menasihati, dan menjadi teladan. Tapi bila segala upaya tak membuahkan hasil, bahkan kehadirannya ditolak dan dianggap asing, maka Allah membuka satu jalan: uzlah.

Nabi SAW bersabda:

“Akan datang kepada manusia suatu masa, di mana orang paling baik adalah yang hidup menyendiri di pegunungan, menggembala kambingnya, menjauhi fitnah dan menjaga agamanya.”
(HR. Bukhari)

Uzlah bukan bentuk kekalahan, tetapi bentuk perlindungan diri. Menjaga iman dalam suasana rusaknya tatanan sosial lebih berat daripada berdakwah dalam lingkungan yang mendukung. Maka ketika arus rusak tak dapat dibendung, menepi adalah jalan selamat.


Uzlah yang Sehat: Menjauh Bukan Memusuhi

Uzlah tidak harus berarti memutus hubungan secara kasar atau fanatik. Ia bisa berarti:

  • Mengatur intensitas pergaulan,
  • Menjaga hati dari keterikatan yang merusak,
  • Tetap bersikap baik, adil, dan tidak mencela.

Sebagaimana Allah berpesan:

“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olok ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka hingga mereka membicarakan hal lain…”
(QS. Al-An’am: 68)

Uzlah adalah pemisahan nilai, bukan permusuhan pribadi.


Kesimpulan: Uzlah Adalah Pilihan Rasional dalam Menjaga Komitmen Kaffah

Bila lingkungan tak bisa diajak kepada kebaikan, dan justru memperlemah prinsip kebenaran, maka menjaga jarak (uzlah) adalah langkah paling logis dan syar’i. Ini bukan bentuk kemunduran, tetapi ketegasan spiritual: lebih memilih jalan keselamatan iman daripada larut dalam arus pergaulan yang mencemari.

“Menjauh bukan karena merasa lebih baik. Tapi karena terlalu berharga jika iman ini harus hilang hanya demi diterima oleh lingkungan yang salah.”


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment