Di tengah keramaian desa yang tampak religius—berhias masjid megah, lantunan adzan, dan aktivitas ibadah yang semarak—tersimpan kepiluan yang dalam. Sebuah kepiluan yang tidak terlihat oleh mata biasa, namun dirasakan tajam oleh hati-hati yang masih peka terhadap nilai kebenaran. Ibadah ritual dijalankan dengan rajin, tetapi di sisi lain, kehidupan muamalah masyarakatnya compang-camping: riba dipraktikkan secara terbuka, suap bahkan hampir menjadi budaya, dan tidak segan kecurangan digunakan sebagai alat utama meraih sesuatu. Bahkan yang lebih mengiris, praktik muamalah yg jelas dilarang oleh Tuhan, bahkan digunakan membangun rumah Tuhan. Ironi yang amat menyakitkan—membangun…
Read More