Tragedi Organisasi Dakwah: Ketika Keikhlasan Tumbang oleh Ego Golongan

Bagikan Keteman :


Tragedi Organisasi Dakwah: Ketika Keikhlasan Tumbang oleh Ego Golongan

Dakwah adalah jalan para nabi. Ia seharusnya suci, tulus, dan bebas dari kepentingan duniawi. Namun realitas hari ini justru menunjukkan ironi yang mengiris hati: banyak organisasi dakwah Islam yang terpecah, tidak bersatu, bahkan saling melemahkan satu sama lain. Padahal semua mengaku membawa nama Tuhan.

Mengapa sesama pejuang agama bisa saling mencurigai?
Mengapa sesama penyeru tauhid bisa saling menjatuhkan?

Jawabannya terletak pada niat: ketika dakwah tidak lagi murni untuk Allah, melainkan telah tersusupi oleh ego golongan dan ambisi pribadi.


🏴 Dakwah yang Terjebak Fanatisme Organisasi

Hari ini, dunia dakwah dipenuhi banyak organisasi, lembaga, yayasan, pergerakan. Masing-masing membawa warna, pendekatan, dan metode. Ini bukan masalah—justru bisa memperkaya khazanah perjuangan Islam. Yang menjadi musibah adalah saat semangat membesarkan kelompok melebihi semangat membesarkan Islam itu sendiri.

Banyak aktivis dakwah yang:

  • Lebih loyal pada nama organisasinya daripada kepada nilai-nilai Islam.
  • Menganggap kelompoknya sebagai satu-satunya kebenaran mutlak.
  • Memandang sinis bahkan menyesatkan saudara Muslim yang tidak sejalan.

Padahal semua bersyahadat yang sama, shalat ke kiblat yang sama, menyembah Tuhan yang sama.

Ini bukan dakwah, ini fanatisme.
Dan fanatisme golongan adalah racun dalam tubuh umat.


💔 Ketika Keikhlasan Tersingkir dari Barisan Pejuang

Dakwah sejatinya lahir dari hati yang bersih dan ikhlas, bukan dari ambisi, bukan dari keinginan tampil, bukan dari strategi merebut pengaruh. Tapi ketika niat sudah bergeser, dakwah berubah menjadi proyek pencitraan, menjadi ajang persaingan. Lembaga-lembaga dakwah yang seharusnya bergandengan tangan justru berbalik menjadi kompetitor, saling berlomba bukan dalam kebaikan, tapi dalam merebut simpati dan massa.

Inilah tragedi dakwah terbesar zaman ini:

Bukan karena umat kurang dai, tetapi karena banyak dai yang kehilangan hati.


📖 Padahal Islam Menyeru Persatuan, Bukan Perpecahan

Allah berfirman:

“Dan berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah bercerai-berai…”
(QS. Ali Imran: 103)

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Seorang mukmin dengan mukmin yang lain ibarat satu bangunan, yang saling menguatkan satu sama lain.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Namun kini, seolah-olah Islam telah diseret ke dalam sekat-sekat organisasi, menjadi seperti merk dagang, dan umat Islam justru saling mencurigai antar sesama—hanya karena berbeda manhaj, metode, atau gerakan.

Bukankah ini bukti nyata bahwa keikhlasan telah hilang dari sebagian tubuh dakwah?


🧠 Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Yang terjadi bukan perbedaan visi dakwah, tapi perbedaan kepentingan. Bukan perbedaan metode, tapi perebutan panggung dan pengaruh.

Jika tujuan dakwah adalah:

  • Agar nama organisasi besar…
  • Agar tokoh dihormati…
  • Agar anggaran berdatangan…
  • Agar agenda terus mendominasi…

Maka itu bukan lagi dakwah untuk Allah. Itu adalah bisnis rohani.
Itu proyek ambisi, bukan proyek langit.


🧭 Jalan Kembali: Dakwah Tanpa Bendera, Tapi Penuh Cinta

Apa solusinya? Kembalilah pada jiwa dakwah yang pertama kali dibawa oleh Rasulullah ﷺ, yaitu:

  1. Ikhlas dalam niat, hanya untuk Allah
    Bukan untuk kelompok, bukan untuk pamor, bukan untuk pengaruh.
  2. Lepaskan keakuan organisasi
    Tak penting darimana datangnya kebaikan, selama itu untuk Islam.
  3. Bangun ukhuwah, bukan dinding sektarian
    Islam terlalu besar untuk dimonopoli oleh satu golongan saja.
  4. Bersatu dalam tujuan, meski berbeda dalam metode
    Saling menguatkan, bukan saling meniadakan.
  5. Ingat bahwa semua amal akan ditimbang bukan berdasarkan bendera, tapi berdasarkan niat dan keikhlasan.

🌌 Penutup: Persatuan Umat Dimulai dari Hati yang Bersih

Dakwah yang murni tidak sibuk menunjukkan siapa yang paling benar, tapi berlomba menunjukkan siapa yang paling ikhlas.

Organisasi hanyalah alat. Lembaga hanyalah wasilah. Jangan biarkan ia menjadi penghalang ukhuwah. Karena ketika kita lebih sibuk membesarkan nama kelompok, maka kita telah mempersempit makna Islam itu sendiri.

“Sesungguhnya umat ini adalah umatmu yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.”
(QS. Al-Anbiya’: 92)


🔥 Jangan sampai dakwah yang kita bangun dengan keringat dan semangat, ternyata runtuh di hadapan Tuhan karena penuh dengan ego, ambisi, dan fanatisme.

Mari benahi niat. Bersihkan hati. Dan dakwahlah untuk Tuhan, bukan untuk golongan.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment