“Tak seorang pun diciptakan sia-sia. Hidup ini bukan hadiah tanpa tanggung jawab, melainkan titipan agung dari Tuhan yang kelak akan diminta pertanggungjawaban.”
Dalam hiruk pikuk dunia yang penuh ambisi, banyak manusia lupa akan satu kenyataan besar: hidup ini hanyalah titipan. Kita tidak memiliki apa pun secara hakiki. Nafas, waktu, harta, anak, jabatan, bahkan nyawa — semua hanyalah amanah sementara. Dan semua itu kelak akan ditarik kembali, satu per satu. Lalu kita akan dimintai pertanggungjawaban.
Kesadaran ini bukan kesadaran biasa. Ia adalah kesadaran mahal, hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki iman sejati — seorang muslim dan mukmin yang memahami ajaran agamanya dengan utuh, dan menjalani hidup dalam koridor keimanan.
🌿 Hidup Adalah Amanah, Bukan Milik Pribadi
Banyak orang merasa bebas, seolah hidup adalah miliknya. Lalu ia gunakan waktu sesukanya, membelanjakan harta semaunya, memperlakukan orang lain semaunya, seakan tidak akan ada hari pertanggungjawaban. Padahal, semua yang ia miliki bukan miliknya, tapi titipan dari Allah.
Jika kita menyadari bahwa hidup adalah titipan, kita akan berhenti bersikap semaunya. Kita akan lebih hati-hati, lebih bijak, dan lebih rendah hati.
🌟 Kesadaran Ini Adalah Karunia Terbesar
Tidak semua orang memiliki kesadaran ini. Bahkan banyak yang hidup tanpa peduli arah hidupnya, seperti berjalan dalam gelap. Hanya mereka yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir yang memiliki cahaya ini di dalam hatinya.
Kesadaran bahwa:
- Hidup ini titipan.
- Semua akan dimintai pertanggungjawaban.
- Ada hari hisab yang tak bisa dihindari.
Inilah yang membentuk karakter manusia tangguh, jujur, sabar, dan berintegritas. Mereka tidak akan rakus. Tidak akan menipu. Tidak akan merusak. Karena mereka tahu, semua yang dilakukan akan dicatat dan dipertanggungjawabkan.
🔥 Tanpa Kesadaran Ini, Nafsu Menjadi Raja
Bayangkan dunia tanpa iman, tanpa keyakinan akan hisab. Maka hawa nafsu akan menjadi penguasa. Manusia akan mengejar kepuasan pribadi tanpa peduli benar atau salah, halal atau haram, baik atau buruk. Dunia akan menjadi tempat kekacauan, keserakahan, dan kerusakan.
Dan bukankah itu yang sudah mulai kita lihat hari ini? Ketika manusia kehilangan iman, maka:
- Pemimpin menjadi korup.
- Pedagang menjadi curang.
- Keluarga menjadi porak poranda.
- Masyarakat kehilangan arah.
Iman adalah rem paling kuat. Tanpa iman, manusia adalah kendaraan tanpa kendali, yang bisa menabrak dan menghancurkan siapa saja — termasuk dirinya sendiri.
💎 Islam: Mukjizat Sosial yang Menyelamatkan Peradaban
Inilah kehebatan Islam. Islam bukan sekadar agama ibadah, tapi sistem kehidupan yang menyelamatkan manusia dari kehancuran.
Islam:
- Mengajarkan bahwa hidup adalah amanah.
- Membangun kesadaran bahwa semua akan dihisab.
- Membimbing manusia untuk menundukkan hawa nafsu dan hidup dalam keseimbangan.
Inilah mengapa Islam adalah rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin). Tanpa Islam, dunia ini akan hancur oleh manusia-manusia yang hidup tanpa tanggung jawab moral dan spiritual.
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan untuk memikulnya… lalu manusia memikul amanah itu. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh.”
(QS. Al-Ahzab: 72)
💡 Motivasi Hidup: Jadilah Manusia Amanah
Hari ini, mari kita hidup dengan kesadaran tinggi: aku sedang memegang titipan dari Allah. Hidupku bukan milikku. Anak-anakku bukan milikku. Hartaku bukan milikku. Semua hanya amanah. Maka tugasku adalah:
- Menjaga dengan baik.
- Menggunakannya dengan benar.
- Menjalani hidup ini dengan takut akan hisab, namun penuh harap akan rahmat.
Jangan tunggu tua untuk sadar. Jangan tunggu miskin untuk tahu bahwa dunia itu fana. Jangan tunggu kehilangan untuk menyadari bahwa semua hanya pinjaman. Bersiaplah hari ini, sebelum datang saat di mana semua akan diminta kembali.
✨ Penutup: Kesadaran yang Menyelamatkan
Kesadaran bahwa hidup adalah titipan, dan bahwa ada hari perhitungan yang pasti, akan menyelamatkan hidup kita dari kebutaan nafsu dan kelalaian dunia. Kesadaran ini adalah karunia besar, dan harus disyukuri dengan hidup yang lebih bertanggung jawab, lebih bermakna, dan lebih bernilai.
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami adalah Allah,’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, malaikat akan turun kepada mereka (dan berkata): ‘Janganlah kamu takut dan janganlah kamu sedih; dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’”
(QS. Fussilat: 30)
By: Andik Irawan