“Tidak ada satu pun yang benar-benar kita miliki. Segalanya adalah amanah yang dititipkan, untuk dijaga dengan penuh tanggung jawab, lalu kelak akan diminta pertanggungjawaban.”
Hidup ini bukan tentang kepemilikan, melainkan tentang penjagaan dan pertanggungjawaban. Apa pun yang kita miliki hari ini — usia, ilmu, harta, jabatan, keluarga, bahkan tubuh kita sendiri — bukan benar-benar milik kita. Semuanya hanyalah titipan dari Allah, dan kelak akan diambil kembali.
Kesadaran ini bukan kesadaran biasa. Ia adalah kesadaran spiritual tertinggi yang hanya dimiliki oleh mereka yang benar-benar memahami ajaran agama, yang tunduk kepada Allah, dan yang hidup dalam cahaya keimanan. Kesadaran ini tidak hanya menjadikan hidup lebih bermakna, tetapi juga menyelamatkan manusia dari keserakahan dan kehancuran moral.
🌿 Pelajaran Sederhana dari Tukang Parkir
Pernahkah kita memperhatikan tukang parkir?
Ia menjaga kendaraan yang bukan miliknya — motor sederhana hingga mobil mewah. Tapi ia menjaganya dengan penuh tanggung jawab, menata dengan rapi, dan memperlakukan dengan hati-hati. Ia tidak merasa memiliki kendaraan itu. Maka saat pemiliknya datang mengambil, ia tidak kecewa, tidak marah, bahkan mungkin tersenyum sambil berkata, “Terima kasih, Pak.”
Sungguh indah dan dalam. Ia tidak pernah salah sangka bahwa kendaraan itu miliknya.
Begitulah seharusnya kita memaknai hidup ini. Apa pun yang Allah titipkan pada kita, bukan milik kita secara hakiki. Maka tugas kita adalah menjaga, merawat, menggunakan dengan sebaik-baiknya, dan merelakan saat Allah mengambilnya kembali.
🕰️ Amanah Usia: Waktu yang Tak Akan Pernah Kembali
Usia adalah amanah pertama yang paling dasar. Setiap hari, kita diberi waktu yang sama: 24 jam. Tapi tidak semua orang menggunakannya dengan nilai yang sama.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak akan bergeser kaki seorang hamba di hari kiamat, hingga ditanya tentang… umurnya, untuk apa dihabiskan.” (HR. Tirmidzi)
Apakah waktu kita digunakan untuk:
- Menambah ilmu?
- Berbuat baik?
- Mendidik anak?
- Merenungi kebesaran Allah?
Atau justru habis untuk kesia-siaan, hiburan tak berguna, dan mengejar nafsu dunia?
📚 Amanah Ilmu dan Akal: Untuk Apa Kita Pandai?
Allah menganugerahkan kepada kita akal dan kecerdasan — bukan untuk disombongkan, tapi untuk digunakan menuntun manusia pada kebenaran.
Ilmu yang tidak membawa kepada Allah adalah ilmu yang mandul. Bahkan bisa menjadi alat kesesatan, jika digunakan untuk membenarkan kebatilan.
Ilmu bukan untuk menunjukkan bahwa kita pintar, tapi agar kita bisa menjadi penunjuk jalan bagi yang belum tahu, pelindung bagi yang lemah, dan pembela bagi yang terzalimi.
💰 Amanah Harta: Dari Mana dan Untuk Apa?
Harta juga titipan. Ia akan dimintai hisab dua kali lipat:
- Dari mana diperoleh?
- Untuk apa dibelanjakan?
Maka jangan bangga karena punya banyak, dan jangan iri kepada yang kaya. Yang penting bukan jumlahnya, tapi bagaimana kita memperolehnya dan bagaimana kita menggunakannya.
“Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan…”
(QS. Al-Anfal: 28)
Jadikan harta sebagai alat ibadah:
- Gunakan untuk zakat dan sedekah.
- Bantu yang miskin.
- Dukung dakwah.
- Wujudkan kemaslahatan umat.
🧠 Amanah Tubuh: Setiap Anggota Akan Bicara
Allah telah menitipkan kepada kita tubuh yang utuh: tangan, kaki, mata, telinga, mulut, dan hati. Semuanya akan bersaksi di hari kiamat.
“Pada hari itu Kami tutup mulut mereka, dan tangan mereka berbicara kepada Kami, dan kaki mereka memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.”
(QS. Yasin: 65)
Maka jangan remehkan:
- Ke mana kaki kita melangkah.
- Apa yang mata kita lihat.
- Apa yang tangan kita pegang.
- Apa yang lisan kita ucapkan.
Gunakan semua itu untuk amal kebaikan, bukan untuk mendukung hawa nafsu.
🔥 Orang yang Sibuk Menjaga Amanah Tak Sempat Mengejar Nafsu
Inilah puncak kesadaran itu:
Orang yang sibuk memikirkan bagaimana menjalankan amanah dengan baik, takkan sempat mengejar hawa nafsunya.
Ia akan terus gelisah:
- “Sudahkah aku manfaatkan waktuku dengan baik?”
- “Sudahkah anakku aku didik sesuai perintah Allah?”
- “Sudahkah hartaku aku salurkan pada yang membutuhkan?”
- “Sudahkah pikiranku aku isi dengan yang suci dan bermanfaat?”
Ia akan terus berbenah, terus mendekat, dan terus memperbaiki diri. Karena ia sadar, hidup ini bukan panggung pameran duniawi, tapi ladang ujian dan tempat mengemban amanah.
✨ Islam: Sistem Hidup yang Menjaga Manusia
Ajaran Islam datang bukan hanya mengajarkan shalat dan puasa, tapi juga menyadarkan manusia bahwa:
- Hidup ini ada tujuannya.
- Hidup ini ada amanahnya.
- Hidup ini akan dihisab.
Tanpa kesadaran ini, manusia akan hidup sesuka hati, rakus, licik, dan merusak. Maka Islam datang sebagai rahmat yang menyelamatkan dunia dari kegilaan hawa nafsu.
🏁 Penutup: Jangan Salah Sangka terhadap Titipan
Masalah terbesar dalam hidup sering kali muncul dari salah sangka. Kita mengira semuanya milik kita, padahal semua hanya titipan.
Maka saat Allah ambil kembali:
- Anak meninggal: kita hancur.
- Harta hilang: kita mengamuk.
- Jabatan lepas: kita stres.
- Kesehatan menurun: kita putus asa.
Padahal, kalau sejak awal kita sadar ini hanya titipan, kita akan menjaga dengan baik dan merelakan dengan ikhlas. Bukankah tukang parkir tidak pernah kecewa saat mobil mewah diambil pemiliknya?
💎 Hiduplah Sebagai Penjaga Amanah, Bukan Pemilik Dunia
Jadilah orang yang:
- Tulus menjaga, walau bukan milik sendiri.
- Tidak serakah, walau yang dititipkan sangat indah.
- Ikhlas melepas, saat waktunya tiba.
- Tidak pernah salah sangka, bahwa semua ini milik abadi.
Karena kelak, Allah tidak akan bertanya:
“Berapa banyak kamu punya?”
Tapi akan bertanya:
“Bagaimana kamu menjaga yang Aku titipkan?”
“Barang siapa menjaga amanah, maka Allah akan menjaganya.”
By: Andik Irawan