Dakwah Bukan Sekadar Seremonial — Mari Hidupkan Kembali Ruhnya! Saudaraku… Coba kita jujur sejenak.Apa yang sering kita lihat dari dakwah hari ini?Acara pengajian. Panggung megah. Kata-kata indah. Jamaah berbondong-bondong. Ustadz datang, ceramah disampaikan, hadirin mendengarkan… lalu selesai. Semua pulang. Dan kehidupan kembali seperti semula. Tapi saya bertanya… di mana ruh dakwah itu sendiri?Apakah dakwah hanya sekadar seremoni? Apakah dakwah hanya berhenti di panggung? Sebab, kalau dakwah hanya tinggal simbol…Kalau dakwah hanya menjadi acara…Maka sesungguhnya dakwah itu tidak ada! Buktinya?Lihatlah di sekitar kita!Riba merajalela, suap menjadi hal biasa, kebohongan dianggap cerdas,…
Read MoreHari: 11 Agustus 2025
Menghidupkan Kembali Ruh Dakwah
Dari Ceramah yang Menggema Menjadi Cinta yang Bergerak Kita hidup di zaman ketika dakwah sering terjebak menjadi acara seremonial.Mubaligh atau ustaz diundang, jamaah berkumpul, sambutan disampaikan, ceramah mengalir. Selesai acara, mikrofon dimatikan, para tokoh berbincang ringan, lalu pulang ke rumah masing-masing. Namun di luar pintu masjid, masalah umat tetap berdiri tegak: kemaksiatan merajalela, remaja kehilangan arah, pemuda larut dalam pergaulan bebas, kaum dhuafa dibiarkan berjuang sendirian, kebodohan merayap di tengah masyarakat. Seolah-olah, ceramah hanya mengisi waktu—bukan mengubah keadaan. Dakwah yang Kehilangan Nyawa Kita harus berani mengakui: banyak dakwah yang kehilangan…
Read MoreDakwah: Antara Ceramah dan Sentuhan Hati yang Hilang
Di banyak lingkungan, dakwah kerap dimaknai sebatas ceramah dan pengajian. Masyarakat berkumpul, mendengarkan ustaz atau penceramah, lalu pulang dengan tambahan informasi dan wawasan keagamaan. Namun, pertanyaannya: Apakah dakwah hanya berhenti di situ? Jika kita jujur menengok realitas, kita menemukan jurang yang menganga. Inti dakwah adalah memenangkan hati manusia—membuat orang merasa dirangkul, dipedulikan, dan dibimbing menuju kebaikan. Namun yang terjadi sering kali justru sebaliknya: di tengah masyarakat, yang tampak bukan persatuan dan kasih sayang, melainkan perpecahan, keangkuhan, dan pembiaran. Tidak ada sapaan hangat untuk fakir dan miskin. Tidak ada tangan yang…
Read MoreDilema Hiburan Kemerdekaan: Antara Menghibur masyarakat dan Menjaga Moral Bangsa
Hari Kemerdekaan adalah momen berharga bagi setiap bangsa. Di Indonesia, tanggal 17 Agustus bukan hanya penanda berlalunya waktu sejak proklamasi 1945, tetapi juga momen refleksi atas perjuangan para pahlawan serta kesempatan untuk memperkuat persatuan rakyat. Tak heran jika setiap tahun, desa-desa, kelurahan, hingga kota-kota memeriahkan hari ini dengan berbagai kegiatan—mulai dari upacara, lomba, hingga hiburan rakyat. Salah satu hiburan yang sering dipilih adalah orkes dangdut. Musiknya mudah diterima, suasananya meriah, dan mampu menarik massa dalam jumlah besar. Namun di balik kemeriahannya, muncul sebuah dilema: bagaimana jika kemeriahan tersebut berbenturan dengan…
Read More