“Sum’ah: Amal Baik yang Diam-Diam Dirusak dari Dalam”

Bagikan Keteman :


Dalam dunia yang penuh pencitraan, kadang tanpa sadar kita tergoda ingin dilihat orang lain sebagai orang baik, soleh, dermawan, atau rajin ibadah. Tapi hati-hati—ada satu penyakit hati yang sangat halus tapi mematikan: sum’ah.

Sum’ah adalah keinginan agar amal kebaikan kita didengar dan diakui oleh orang lain. Ia berbeda dari riya’, yang pamer dalam perbuatan. Sum’ah adalah pamer lewat ucapan, lewat cerita-cerita amal yang sengaja disampaikan agar orang kagum.

“Tadi malam saya tahajud, Masya Allah rasanya tenang banget.”
“Kemarin saya sedekah ke orang tua itu, alhamdulillah banget bisa bantu.”

Kalimat-kalimat ini terlihat biasa. Tapi jika niatnya bukan untuk menginspirasi, melainkan untuk mendapat pujian, maka itulah sum’ah. Dan ia menghanguskan pahala amal seperti api membakar kertas kering.


Nabi Mengingatkan Bahaya Sum’ah

Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang beramal agar didengar manusia (sum’ah), maka Allah akan memperdengarkan (aibnya) di hari kiamat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Artinya, bukan hanya pahala yang hilang. Justru, aibnya akan dibuka oleh Allah kelak, karena ia ingin dipuji manusia padahal niatnya rusak.


Sum’ah Adalah Topeng yang Halus

Sum’ah itu seperti mewangi di luar, tapi busuk di dalam. Orang lain melihatnya baik, tapi Allah melihat niatnya. Dan amal yang terlihat besar di mata manusia, bisa jadi tidak bernilai sama sekali di sisi Allah, jika niatnya bukan karena-Nya.

Orang ikhlas justru menyembunyikan amalnya, seperti ia menyembunyikan aibnya. Ia tidak merasa perlu pamer, karena ia sadar, amalnya belum tentu diterima.


Lalu, Apakah Salah Menceritakan Amal?

Tidak. Tapi tergantung niat dan cara menyampaikan. Kalau niatnya untuk memberi teladan, motivasi, atau mengajak, dengan tetap menjaga keikhlasan—maka itu boleh. Namun sangat rawan tergelincir. Karena itu para ulama besar lebih senang menyembunyikan amal mereka, karena takut sum’ah merusak segalanya.


Penutup: Amal Besar Tak Selalu Bernilai, Amal Kecil Bisa Luar Biasa

Bukan seberapa banyak amalmu, tapi sejauh mana niatmu hanya tertuju kepada Allah. Jangan sampai amal yang kamu bawa di dunia, justru menjadi beban di akhirat karena kau menginginkan pujian manusia.

“Sembunyikan amalmu seperti kamu menyembunyikan dosamu.”
(Hasan al-Bashri)

Mari kita belajar diam dalam kebaikan. Karena yang tahu amal kita cukup dua: kita dan Allah. Dan itu sudah lebih dari cukup.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment