Tragedi Zaman: Saat Olahraga Menjauh dari Makna Hakiki

Bagikan Keteman :


Tragedi Zaman: Saat Olahraga Menjauh dari Makna Hakiki

Olahraga diciptakan sebagai sarana menjaga kesehatan, membangun disiplin, dan mempererat hubungan sosial. Dalam sepak bola, voli, atau lari pagi, tersimpan nilai-nilai luhur tentang kerja sama, semangat, dan keseimbangan tubuh serta jiwa. Namun hari ini, makna itu mulai tergerus. Olahraga perlahan berubah wajah: dari aktivitas yang menyehatkan menjadi sekadar bisnis hiburan dan tontonan.

Kita menyaksikan jutaan orang rela menghabiskan uang, waktu, bahkan emosi demi menonton pertandingan. Mereka begadang, membeli tiket mahal, mengenakan atribut, dan tak jarang tersulut fanatisme hingga terjadi bentrokan antar suporter. Semuanya demi kesenangan sesaat, sementara esensi olahraga—yakni kesehatan dan sportivitas—terlupakan.

Inilah salah satu tragedi zaman modern: saat nilai-nilai luhur ditukar dengan popularitas dan keuntungan.

Ketika Dunia Kehilangan Hakikatnya

Olahraga bukan satu-satunya yang mengalami pergeseran. Dalam banyak aspek kehidupan, kita menyaksikan hal serupa:

  • Pendidikan yang seharusnya membentuk karakter, kini menjadi perlombaan nilai dan gelar.
  • Agama yang seharusnya menenangkan hati, berubah menjadi identitas sosial atau konten media.
  • Pekerjaan yang dulunya ladang pengabdian, kini jadi sekadar ajang pencapaian materi.

Zaman modern seolah membuat manusia semakin jauh dari hakikat segala sesuatu. Semua serba cepat, instan, dan dangkal. Kita lupa bahwa hidup bukan hanya soal mengejar hiburan, tetapi soal menemukan makna.

Haruskah Kita Menyerah?

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah: “Kalau segalanya sudah bergeser, mungkinkah kita kembali?”

Secara global dan struktural, jawabannya mungkin tidak mudah. Dunia tak bisa diputar ulang. Tapi secara pribadi dan spiritual, kita selalu punya peluang untuk kembali. Dalam istilah iman, ini disebut taubat—bukan hanya dari dosa, tapi dari keterasingan kita terhadap makna sejati.

Kita bisa memutuskan untuk:

  • Kembali berolahraga untuk menjaga tubuh, bukan hanya menonton pertandingan.
  • Belajar untuk memahami, bukan hanya mengejar nilai.
  • Bekerja dengan hati, bukan hanya demi angka.

Langkah kecil ini mungkin tidak mengubah dunia, tapi bisa menjaga jiwa kita dari kehampaan zaman.

Kita Bisa Memilih Jalan Berbeda

Tuhan tak pernah menutup jalan kembali bagi siapa pun yang ingin mencari-Nya. Maka ketika dunia bergerak menjauh dari makna, jadilah satu di antara sedikit orang yang memilih untuk mendekat. Di tengah gelombang besar yang menyeret manusia ke arah kesenangan semu, kita bisa menjadi penjaga makna, sekecil apa pun langkah kita.

Kita tak perlu menjadi pahlawan untuk dunia. Cukup menjadi penyelamat bagi jiwa kita sendiri, dan menjadi inspirasi bagi orang-orang di sekitar.


Akhirnya, tragedi zaman bukanlah akhir dari segalanya. Justru di tengah keterasingan inilah, kita diajak untuk menemukan kembali jati diri kita. Menemukan kembali Tuhan, dalam langkah, dalam kerja, dalam detak jantung kita saat berlari, dan dalam napas kita saat kembali menyentuh makna hidup yang sejati.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment