BUKAN UNTUK JADI USTADZ: MENUNTUT ILMU AGAMA ADALAH KEWAJIBAN SETIAP MUSLIM

Bagikan Keteman :


Seringkali kita mendengar ungkapan, “Saya bukan ustadz, jadi tak perlu terlalu dalam belajar agama.” Atau ada pula yang berkata, “Belajar agama nanti saja, kalau sudah tua.” Ini adalah pandangan yang keliru dan bisa membahayakan jiwa. Islam bukan agama kelas elite. Islam adalah jalan hidup untuk semua, dan setiap muslim wajib mengenal jalan itu dengan ilmu—bukan dengan ikut-ikutan.

Ilmu Agama: Jalan Keselamatan, Bukan Gelar Kebesaran

Menuntut ilmu agama bukan untuk menjadi penceramah, bukan untuk naik mimbar, bukan pula untuk meraih gelar ustadz atau kiyai. Tapi agar:

  • Selamat dari kebodohan
  • Terhindar dari penyimpangan ajaran
  • Tidak tersesat dalam ibadah yang salah arah
  • Mampu menjalankan Islam sebagaimana mestinya

Ilmu adalah cahaya. Tanpa ilmu, kita akan terombang-ambing dalam gelapnya kebodohan. Betapa banyak orang yang berbuat dosa karena tidak tahu itu haram. Betapa banyak yang menyangka dirinya sedang beribadah, padahal sedang menyimpang.

Rasulullah SAW bersabda:
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Tidak disebut “setiap ustadz”, tidak pula “setiap santri”—tapi setiap muslim.

Tidak Ada “Profesi Agama” dalam Islam

Dalam Islam, tidak ada kasta bernama “guru agama” yang eksklusif. Gelar-gelar seperti ustadz, kiyai, gus, atau santri hanyalah bentuk penghormatan sosial—bukan institusi khusus dari langit. Yang benar, semua muslim adalah penuntut ilmu. Tidak ada yang lebih tinggi kecuali dengan takwa.

Allah menegaskan:
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Maka, gelar sejati dalam Islam bukan “Ustadz Haji Doktor”, melainkan:

  • Muttaqin (orang yang bertakwa)
  • Sholihin (orang yang saleh)
  • Shobirin (orang yang sabar)
  • Mukhlisin (orang yang ikhlas)

Gelar-gelar inilah yang tercatat di langit, yang dijadikan tolok ukur mulia di sisi Allah.

Dakwah Adalah Tugas Bersama, Bukan Monopoli Para Penceramah

Sebagian orang berpikir bahwa berdakwah hanya tugas ustadz. Padahal, Rasulullah SAW bersabda:
“Sampaikan dariku walau satu ayat.” (HR. Bukhari)

Dakwah tidak harus lewat mimbar. Ia bisa melalui:

  • Teladan akhlak yang baik di rumah dan tempat kerja
  • Membagikan ilmu lewat media sosial
  • Menegur yang salah dengan adab dan hikmah
  • Mendukung kebenaran dan menjauhi kebatilan

Jika semua muslim merasa ini bukan tugasnya, maka siapa yang akan menjaga umat dari kesesatan?

Menuntut Ilmu Bukan untuk Pamer, Tapi untuk Bertahan di Jalan Lurus

Kita tidak belajar agama agar dipanggil “ustadz”, apalagi mencari panggung. Itu niat yang salah. Kita belajar agar diri ini tidak tersesat. Sebab setiap kita akan ditanya:

  • Apa yang kamu ketahui?
  • Apa yang kamu amalkan?
  • Apa yang kamu sampaikan?

Dan yang akan menjawab semua itu bukan gelar, tapi isi hati dan amal nyata.


Penutup: Kembalilah Menjadi Muslim Sejati

Jangan malu belajar agama meski bukan dari kalangan “santri”. Jangan tunda belajar Islam hanya karena merasa belum pantas. Belajarlah bukan untuk menjadi ustadz, tapi untuk menjadi hamba Allah yang selamat. Sebab ketika kematian datang, yang ditanya bukan gelar—tapi ilmu dan amal.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment