TERTARIK PADA MISTIK: ANTARA PENCARIAN MAKNA ATAU PENYIMPANGAN SPIRITUAL?

Bagikan Keteman :


Di tengah gempuran modernitas dan rasionalitas, fenomena ketertarikan terhadap dunia mistik tetap bertahan dan bahkan berkembang. Banyak orang merasa tertarik, penasaran, bahkan bergantung pada hal-hal supranatural seperti dukun, jimat, energi gaib, ilmu kebal, hingga praktik ritual tertentu yang tidak berdasar pada agama. Lalu, bagaimana memandang hal ini? Apakah ini sekadar kecenderungan psikologis, atau sudah termasuk penyimpangan spiritual?

Mistik dan Daya Tarik Psikologisnya

Secara psikologis, ketertarikan pada mistik bisa dijelaskan oleh beberapa faktor:

1. Kebutuhan Akan Kendali

Ketika seseorang menghadapi situasi hidup yang tidak pasti—seperti kemiskinan, penyakit, kegagalan, atau ketakutan—ia cenderung mencari pegangan. Mistik seringkali menjanjikan solusi instan: jimat untuk keselamatan, mantra untuk cinta, atau dukun untuk keberuntungan. Ini adalah respons psikologis terhadap kecemasan dan rasa tak berdaya.

2. Pengaruh Kepribadian

Orang dengan tipe kepribadian intuitif, imajinatif, dan mudah percaya (suggestible) cenderung lebih rentan terpengaruh oleh hal-hal mistik, apalagi jika sejak kecil sudah hidup di lingkungan yang penuh cerita mistis.

3. Kekosongan Spiritualitas Sejati

Ketika seseorang menjauh dari ilmu agama yang benar, ia tetap memiliki kebutuhan spiritual. Tapi tanpa panduan wahyu, kekosongan itu diisi oleh hal-hal yang tidak rasional atau bahkan bertentangan dengan akidah.

4. Trauma dan Luka Batin

Dalam beberapa kasus, ketertarikan pada dunia gaib bisa muncul setelah peristiwa traumatik, seperti kehilangan orang tercinta, kecelakaan, atau pengalaman buruk lainnya. Mereka mencari “jawaban” atau “kekuatan” dari dunia tak kasat mata.

Islam Menjawab: Antara Iman dan Mistik

Dalam Islam, dunia gaib adalah nyata—tapi batas-batasnya ditentukan wahyu, bukan dugaan, pengalaman pribadi, atau perasaan.

Allah menyebut orang bertakwa sebagai:
“Mereka yang beriman kepada yang gaib…” (QS. Al-Baqarah: 3)
Namun iman kepada yang gaib bukan berarti percaya pada apa saja yang tidak terlihat, tapi hanya pada yang diberitakan Allah dan Rasul-Nya, seperti malaikat, jin, surga, neraka, dan sebagainya.

Ketertarikan kepada hal mistik menjadi penyimpangan spiritual jika:

  • Percaya pada kekuatan selain Allah (jimat, azimat, keris, benda pusaka)
  • Meminta bantuan kepada jin, arwah, atau roh
  • Melakukan praktik perdukunan, ritual klenik, atau ilmu gaib yang bertentangan dengan tauhid
  • Menganggap bahwa keselamatan dan keberuntungan bisa dibeli dengan ritual khusus di luar syariat

Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Barang siapa mendatangi dukun atau tukang ramal lalu mempercayai ucapannya, maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Abu Dawud)

Jembatan Solusi: Ilmu dan Tauhid

Masalah ini bisa menjadi masalah psikologis, bisa juga masalah akidah. Tapi solusinya ada dua:

1. Pendekatan Ilmu

Berikan pemahaman yang benar tentang kejiwaan, takdir, dan sebab-akibat. Ajarkan bahwa hidup ini bisa dipahami dengan ilmu dan logika, bukan khayalan.

2. Pendekatan Tauhid

Bimbing dengan pendidikan iman dan tauhid yang lurus. Tunjukkan bahwa hanya kepada Allah tempat bergantung. Tidak ada kekuatan di bumi dan langit yang bisa memberi manfaat atau mudarat kecuali dengan izin-Nya.

Penutup: Jangan Salah Isi Kekosongan Jiwa

Ketertarikan pada mistik adalah sinyal bahwa hati sedang mencari makna. Tapi jika pencariannya salah arah, maka bukan ketenangan yang didapat, melainkan kesesatan. Jangan isi jiwa dengan klenik, isi dengan tauhid. Jangan cari cahaya di tempat yang gelap. Islam adalah agama cahaya—dan cahaya itu adalah ilmu yang bersumber dari wahyu.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment