“Orang Hebat Itu Pandai Berterima Kasih”
Pernahkah kita berhenti sejenak dan merenung: Sudahkah aku berterima kasih hari ini? Sudahkah aku menghargai orang-orang yang pernah berjasa dalam hidupku? Atau justru aku terlalu sibuk dengan pencapaian diri hingga lupa bahwa keberhasilanku bukan hanya karena kerja keras pribadi, tapi juga karena uluran tangan orang lain?
Kemampuan Berterima Kasih: Ciri Orang Besar
Orang yang hebat bukan hanya mereka yang cerdas, kaya, atau terkenal. Orang hebat adalah mereka yang tahu cara menghargai. Mereka yang pandai mengucap terima kasih, walau atas kebaikan yang tampak sepele. Mereka yang hatinya luas, tidak silau pada pencapaian diri sendiri, dan tidak pernah lupa pada siapa pun yang pernah menolong di masa lalu.
Berterima kasih adalah tanda hati yang sehat. Ia tidak datang dari keharusan sosial semata, tapi dari kedalaman jiwa yang sadar bahwa kebaikan harus dibalas, sekecil apa pun itu. Orang yang pandai berterima kasih akan terus membawa aura positif, sebab ia tidak merasa dirinya paling berjasa. Ia tahu, sukses tidak pernah sendirian.
Sebuah Kisah yang Menyentuh: Lupa pada Para Pengantar
Ada sebuah kisah nyata yang banyak dijadikan pelajaran oleh para pemimpin bijak.
Dulu, seorang pria biasa yang tak dikenal publik, akhirnya berhasil menempati kursi jabatan strategis di sebuah lembaga bergengsi. Namun, ia bukan sampai di sana karena prestasi pribadi semata. Di baliknya, ada sekelompok orang yang dengan ikhlas memperjuangkan namanya, membela reputasinya, hingga mengantarkannya naik ke posisi tersebut — diam-diam, tanpa pamrih.
Tapi apa yang terjadi setelah ia duduk di kursi kekuasaan?
Ia seakan lupa pada semua itu.
Tidak ada sapaan. Tidak ada kabar. Tidak ada terima kasih, bahkan sekadar doa yang terdengar. Mereka yang dulu membelanya kini bahkan tak diingat namanya. Ironisnya, ketika ada di antara mereka yang butuh bantuan, sang pemilik jabatan ini memilih diam. Seolah-olah ia sampai di posisi itu karena usahanya sendiri. Ia lupa bahwa ia pernah diantar. Ia lupa bahwa ada jasa yang belum dibalas.
Lalu, apa yang terjadi?
Benar saja, tak lama berselang, ia jatuh. Bukan karena kegagalan strategi, tapi karena kehilangan simpati.
Ketika seseorang lupa jasa orang lain, maka cepat atau lambat, ia juga akan dilupakan.
Tidak Pandai Berterima Kasih, Lalu Bagaimana Bisa Bersyukur kepada Tuhan?
Jika kepada manusia saja seseorang tak bisa bersyukur, bagaimana mungkin ia bisa bersyukur kepada Tuhan?
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah.”
(HR. Abu Daud)
Syukur itu dimulai dari hal-hal yang kasat mata. Dari jasa guru, orang tua, sahabat, hingga orang-orang kecil yang pernah membuka jalan kita. Ketika kita menutup mata dari semua itu, berarti kita juga sedang menutup jalan syukur kepada Tuhan.
Mulailah Hari Ini
Tak perlu menunggu jadi tokoh besar untuk mulai menghargai jasa orang lain. Ucapkanlah terima kasih pada mereka yang pernah hadir dalam hidupmu. Orang tua, pasangan, teman lama, guru SD yang mungkin tak ingat namamu lagi, atau seseorang yang pernah membukakan pintu rezeki. Kebaikan sekecil apa pun pantas dihargai.
Karena satu hal yang pasti:
Orang yang tahu berterima kasih tidak akan pernah kekurangan kebaikan.
Semesta akan selalu berpihak pada hati yang tahu menghargai.
Penutup: Jadilah Pribadi yang Menginspirasi
Berterima kasih itu bukan kelemahan. Itu kekuatan. Itu kemuliaan. Itu magnet kebaikan. Jangan tunggu sampai kehilangan untuk menyadari betapa berharganya jasa orang lain. Jadilah pribadi yang ringan mulutnya mengucap “terima kasih,” dan lapang hatinya membalas kebaikan. Karena dari situlah, Tuhan akan menambah keberkahan hidupmu.
By: Andik Irawan