Ketika Kerinduan Itu Muncul: Suara Hati yang Ingin Kembali Berjuang
Diam-diam, suatu dambaan muncul di hati. Ia datang perlahan, seperti desir angin yang mengusik keheningan jiwa. Bukan angan kosong, melainkan suara lirih yang bertanya:
Tuhan, entah apakah ada peluang buat kami untuk bisa berjuang bersama?
Dimanakah medan juang yang di sana kami bisa ikut berkiprah secara ikhlas, memberikan kemampuan diri yang maksimal demi suatu kemajuan?
Pertanyaan itu mungkin terasa sederhana, tapi menyimpan makna yang dalam. Ia bukan sekadar kerinduan, melainkan sebuah panggilan—suatu desakan dari dalam diri yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Kerinduan Seorang Pejuang
Bagi sebagian orang, kehidupan adalah perjalanan yang penuh pencarian. Namun bagi seorang yang sejak kecil telah ditempa dalam organisasi, dilatih untuk memberi, dan dibiasakan terlibat dalam gerakan kolektif, ada sesuatu yang terasa hilang ketika tak lagi berada dalam dinamika perjuangan.
Kerinduan itu bukan karena haus akan pengakuan, tapi karena jiwa sudah terbiasa mengabdi. Ketika ruang-ruang perjuangan seolah menjauh, muncul kekosongan yang sulit dijelaskan. Hati pun bertanya, adakah medan baru yang bisa kami masuki? Adakah barisan yang membutuhkan semangat kami?
Panggilan Jiwa yang Hidup
Sungguh, ini bukan keluhan. Ini suara hati yang masih hidup. Jiwa yang tidak mati rasa. Justru ketika seseorang masih mampu merasakan kerinduan untuk berkontribusi, itu pertanda bahwa ia belum dikalahkan zaman. Masih ada nyala kecil di dalam dada yang menginginkan kehidupan yang lebih bermakna.
Kerinduan ini adalah fitrah. Karena sejatinya manusia diciptakan untuk memberi, bukan hanya menerima. Untuk membangun, bukan sekadar menikmati. Untuk memperjuangkan nilai, bukan hanya membicarakannya.
Mungkin Saatnya Membangun Medan Juang Baru
Ketika medan juang yang dulu tak lagi tersedia, barangkali saatnya kita menciptakan medan yang baru. Perjuangan hari ini tidak selalu harus dalam bentuk organisasi besar. Ia bisa berupa komunitas kecil, gerakan sosial lokal, konten digital yang mendidik, atau bahkan sekadar membimbing satu dua orang yang butuh pencerahan.
Medan juang itu bisa muncul di lingkungan terdekat—keluarga, masjid, sekolah, kampung, atau bahkan ruang daring. Asal ada niat dan ketulusan, di sanalah ladang amal bisa tumbuh.
Merawat Kerinduan, Menjaga Keikhlasan
Lalu bagaimana menyikapi kerinduan ini?
- Syukuri. Karena tidak semua orang diberi rasa rindu untuk berbuat kebaikan. Itu tanda Tuhan masih menjaga kita.
- Doakan. Mohon petunjuk-Nya agar diperlihatkan jalan, dipertemukan dengan orang-orang yang juga ingin berjuang.
- Siapkan diri. Terus belajar, memperluas wawasan, dan membuka diri pada berbagai bentuk kontribusi.
Kerinduan ini bukan kelemahan. Ia justru kekuatan. Ia penanda bahwa Anda masih ingin hidup dengan arah, dengan makna, dengan cinta kepada sesama dan kepada Tuhan.
Maka jangan abaikan suara itu. Dengarkan, renungkan, lalu bertindak. Mungkin, dari satu langkah kecil Anda hari ini, lahir gerakan besar di masa depan.
By: Andik Irawan