Kebodohan Terhadap Syariat: Ketika Diam Menjadi Sebuah Kezaliman

Bagikan Keteman :

Pendahuluan: Tidak Semua Kebodohan Layak Dimaklumi

Dalam kehidupan bermasyarakat, kita sering diajarkan untuk bersabar terhadap orang yang belum paham, untuk memaafkan kesalahan akibat ketidaktahuan, dan untuk tidak cepat menghakimi. Namun, ada batasan moral dan spiritual yang tidak boleh dilanggar.

Salah satu bentuk kebodohan yang tidak boleh dimaklumi, tidak boleh dibiarkan, dan tidak boleh ditoleransi, adalah kebodohan terhadap syariat Tuhan — kebodohan yang menyebabkan seseorang ringan melanggar larangan-larangan Allah dengan alasan “tidak tahu”.


Apa yang Dimaksud dengan Kebodohan terhadap Syariat?

Kebodohan terhadap syariat bukan semata-mata ketidaktahuan, melainkan:

  • Mengabaikan kewajiban agama karena malas belajar.
  • Melanggar larangan Tuhan karena merasa hal itu sepele.
  • Meremehkan perintah agama di hadapan publik.
  • Membuat opini atau tindakan yang bertentangan dengan hukum Allah, tanpa dasar ilmu.

Kebodohan semacam ini bukan hanya merusak diri sendiri, tapi berpotensi menyesatkan orang lain, terutama jika dilakukan secara terang-terangan.


Mengapa Tidak Boleh Dibiarkan?

📌 Karena ini bukan sekadar salah teknis, tapi salah prinsip.
📌 Karena membiarkan pelanggaran syariat sama dengan membiarkan penyakit menyebar.
📌 Karena dalam Islam, amar ma’ruf dan nahi mungkar adalah kewajiban sosial.

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangan; jika tidak mampu, maka dengan lisan; jika tidak mampu juga, maka dengan hati—dan itu selemah-lemahnya iman.”
(HR. Muslim)


Peran Pimpinan dan Ulama: Tidak Boleh Diam

Dalam hal ini, tanggung jawab bukan hanya di pundak individu, tapi juga:

  • Umaro’ (pemerintah/pemimpin wilayah): wajib menegakkan aturan yang mendukung nilai-nilai agama dan menjaga masyarakat dari penyimpangan.
  • Ulama dan tokoh agama: wajib memberi bimbingan, menasihati, dan bahkan menegur dengan hikmah jika ada penyimpangan syariat.

Jika mereka diam, maka mereka ikut bersalah karena membiarkan kemungkaran berjalan tanpa kontrol. Diam terhadap pelanggaran syariat adalah bentuk kezaliman pasif.


Menegur Bukan Menghakimi, Mengingatkan Bukan Mempermalukan

Namun perlu diingat: menegur bukan berarti menghakimi.
Teguran terhadap orang yang bodoh terhadap syariat harus dilakukan dengan:

Ilmu – sampaikan dengan dalil yang benar.
Adab – jangan dengan makian atau emosi.
Kepedulian – niatkan karena ingin menyelamatkan, bukan menjatuhkan.
Strategi – pilih waktu dan cara yang paling tepat agar hati bisa terbuka.


Penutup: Kebodohan yang Mesti Dilawan

Kebodohan biasa mungkin bisa dimaafkan, bahkan dimaklumi.
Namun kebodohan terhadap syariat, yang menyebabkan perintah Tuhan dilanggar atau larangan-Nya diremehkan, adalah bentuk penyakit sosial dan spiritual yang tidak boleh dibiarkan.

📢 Maka siapa pun yang peduli terhadap kebenaran, wajib:

  • Mengingatkan dengan bijak.
  • Mendidik dengan sabar.
  • Menjaga agar nilai-nilai agama tetap hidup di tengah masyarakat.

Karena kebenaran tidak hanya untuk diketahui, tapi juga untuk ditegakkan.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment