Seperti Tukang Parkir: Seni Menjaga Titipan dan Ikhlas Saat Dilepas
Dalam hidup ini, tidak ada satu pun yang benar-benar kita miliki. Semua hanyalah titipan dari Sang Pemilik Sejati — Allah SWT. Jiwa yang sadar akan hal ini akan hidup dengan tenang, penuh rasa syukur, dan lapang dada ketika kehilangan. Sebaliknya, mereka yang merasa memiliki secara mutlak akan hidup dalam kegelisahan, rasa takut, bahkan kesombongan.
Dan betapa menakjubkannya, Allah mengajarkan kebijaksanaan besar ini lewat peristiwa-peristiwa sederhana. Salah satunya, melalui sosok yang sering kita temui sehari-hari: tukang parkir.
🚘 Pelajaran Hidup dari Tukang Parkir
Lihatlah tukang parkir. Ia berdiri siang dan malam, menjaga berbagai kendaraan — dari motor sederhana hingga mobil mewah — yang jelas-jelas bukan miliknya. Tapi apa yang ia lakukan?
Ia menjaganya dengan hati-hati. Ia menata dengan rapi. Ia mengarahkan dengan sabar. Karena ia tahu, semua itu adalah titipan. Dan karena itu pula, ia tidak sembarangan memperlakukan apa yang bukan miliknya.
Yang lebih mengagumkan lagi, saat kendaraan itu diambil pemiliknya, sang tukang parkir tidak merasa kehilangan. Ia tidak bersedih, tidak marah, bahkan mungkin tersenyum sambil mengucapkan, “Terima kasih, Pak.”
Kenapa?
Karena sejak awal ia tidak pernah salah sangka. Ia tahu, itu bukan miliknya. Maka ia tidak berat untuk melepas.
🕊️ Begitu Pula Seharusnya Kita Menjalani Hidup
Bukankah seharusnya kita juga begitu?
- Anak-anak kita, adalah titipan.
- Pasangan kita, adalah titipan.
- Jabatan kita, adalah titipan.
- Harta kita, adalah titipan.
- Bahkan tubuh dan nyawa kita sendiri, pun hanyalah titipan.
Kita dititipi sebentar. Lalu, satu per satu akan diambil kembali oleh Pemiliknya. Dan saat itu tiba, tidak seharusnya kita bersedih berlebihan, apalagi marah pada takdir. Karena sejak awal, itu bukan milik kita.
“Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun.”
Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan kepada-Nya kami akan kembali.
(QS. Al-Baqarah: 156)
🌱 Mengapa Kesadaran Ini Begitu Penting dan Hebat?
Karena kesadaran bahwa hidup hanyalah titipan akan:
- Mencegah kita menjadi serakah, sebab kita tahu semuanya akan kembali.
- Menjadikan kita lebih berhati-hati, karena yang dititipkan harus dijaga dengan baik.
- Melatih kita untuk ikhlas, karena melepas titipan adalah kepastian, bukan kehilangan.
- Membebaskan hati kita dari rasa memiliki yang palsu, sehingga kita hidup ringan dan tidak penuh beban.
Inilah kesadaran spiritual tertinggi. Dan inilah yang dimiliki oleh seorang muslim dan mukmin sejati. Hanya mereka yang benar-benar memahami dan meyakini bahwa ada hisab (perhitungan) di akhirat, yang bisa menjaga amanah dengan sungguh-sungguh, dan rela saat amanah itu kembali diambil oleh Allah.
🔥 Bayangkan Dunia Tanpa Kesadaran Ini
Apa jadinya jika manusia lupa bahwa hidup ini hanya titipan?
Mereka akan:
- Rakus mengejar dunia, karena merasa semua miliknya.
- Saling berebut, menindas, dan mencuri.
- Tidak siap kehilangan, karena hatinya terlalu melekat pada yang fana.
- Hidup penuh kecemasan, takut kehilangan, takut gagal, takut mati.
Inilah sebabnya Islam datang sebagai rahmat dan mukjizat: membawa kesadaran ilahi yang menyelamatkan manusia dari kerakusan nafsu dan kehancuran moral.
✨ Hiduplah Seperti Tukang Parkir
Mari kita belajar dari kesederhanaan yang penuh hikmah. Jadilah seperti tukang parkir:
- Tulus menjaga, meskipun bukan milik kita.
- Tidak serakah, meski yang dititipkan begitu mewah.
- Ikhlas melepas, meski telah lama bersama.
- Tidak pernah salah sangka, karena tahu bahwa semua hanya pinjaman.
Hidup yang dijalani dengan pola pikir ini akan jauh lebih ringan, damai, dan bermakna.
“Tidak ada satu pun musibah yang menimpa, kecuali telah tertulis di Lauh Mahfuz sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.”
(QS. Al-Hadid: 22)
🏁 Penutup: Jangan Menggenggam Terlalu Erat
Dunia ini bukan milik kita. Apa yang kita miliki hanyalah singgah sebentar. Maka jangan terlalu menggenggam, jangan terlalu melekat. Tugas kita adalah menjaga dengan baik, menggunakan sebijak mungkin, dan bersiap saat Allah mengambil kembali apa yang menjadi hak-Nya.
Sehebat apa pun kita memiliki, lebih hebat lagi jika kita bisa menjaga tanpa merasa memiliki. Dan lebih hebat lagi jika kita bisa melepaskan tanpa merasa kehilangan.
Semoga kita menjadi hamba yang amanah, yang sadar bahwa hidup ini hanyalah titipan — dan karena itu kita menjaganya dengan penuh tanggung jawab, lalu merelakannya dengan penuh keikhlasan.
By: Andik Irawan