Tugas kesejahteraan sosial tidak boleh hanya menjadi tanggung jawab pemerintah desa, melainkan merupakan tanggung jawab kolektif seluruh elemen masyarakat, khususnya lembaga-lembaga keagamaan.
Di banyak kawasan pedesaan, problem sosial seperti kemiskinan, orang sakit yang terlantar, pendidikan anak yang terhambat, atau warga yang terjerat masalah sering kali terjadi. Dalam kondisi ideal, semua masalah itu memang menjadi perhatian pemerintah desa. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan, pemerintah desa tidak selalu mampu menjangkau semua kebutuhan warga secara merata dan menyeluruh.
Di sinilah pentingnya kebersamaan sosial lintas lembaga. Takmir masjid, ormas keagamaan seperti Muhammadiyah, Aisyiyah, NU, LDII, dan lainnya wajib mengambil peran yang setara dan bersinergi dengan pemerintah desa untuk menjaga dan memperjuangkan kesejahteraan umat.
1. Kesejahteraan Sosial Adalah Tanggung Jawab Bersama
Islam sendiri mengajarkan bahwa urusan sosial adalah bagian dari ibadah. Menolong orang miskin, menjenguk yang sakit, membantu anak yatim, dan menyelesaikan konflik adalah bagian dari dakwah bil hal (dakwah dengan tindakan nyata). Maka, sudah semestinya lembaga keagamaan—yang punya akar kuat di masyarakat—tidak hanya fokus pada ibadah ritual, tapi juga pada ibadah sosial.
2. Potensi Lembaga Keagamaan yang Sering Terabaikan
Lembaga seperti takmir masjid, Muhammadiyah, Aisyiyah, dan lainnya memiliki struktur yang rapi, jaringan yang luas, dan jamaah yang loyal. Potensi ini luar biasa jika digunakan untuk membangun layanan sosial seperti:
- Klinik kesehatan gratis atau bersubsidi
- Rumah singgah dhuafa
- Beasiswa anak-anak dari keluarga miskin
- Layanan mediasi konflik sosial
- Pelatihan keterampilan warga miskin
Dengan menyadari potensi ini, lembaga keagamaan bisa menjadi mitra aktif pemerintah desa, bukan sekadar penonton atau pengkritik.
3. Sinergi Pemerintah dan Organisasi Keagamaan
Pemerintah desa bisa mengajak kolaborasi aktif dengan lembaga-lembaga Islam melalui:
- Forum komunikasi bulanan
- Pendataan warga dhuafa bersama-sama
- Program kolaborasi anggaran (misalnya dana masjid untuk pengobatan warga)
- Pembinaan pemuda berbasis masjid dan ormas
Dengan sinergi seperti ini, pemerintah tidak merasa bekerja sendiri, dan masyarakat merasakan kehadiran agama dalam kehidupan sehari-hari.
4. Spirit Islam: Menjadi Penolong Bagi yang Lemah
Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama manusia.” Maka jika sebuah organisasi Islam hanya sibuk dengan ceramah, kegiatan internal, dan perayaan, tapi tak hadir di tengah masalah sosial masyarakat, maka fungsi sosialnya perlu dikaji ulang.
Penutup: Bergerak Bersama Demi Umat yang Sejahtera
Desa yang sehat dan sejahtera bukan hanya dibangun oleh kepala desa atau perangkatnya. Ia dibangun bersama oleh seluruh kekuatan sosial, termasuk masjid, ormas Islam, majelis taklim, dan tokoh masyarakat. Sudah saatnya agama hadir tidak hanya di mimbar, tapi juga di rumah warga yang sedang menangis, di dapur keluarga yang kelaparan, dan di hati anak-anak yang nyaris putus sekolah.
Karena sesungguhnya, Islam itu rahmat bagi semesta alam—dan rahmat itu harus tampak nyata dalam kehidupan sosial.
By: Andik Irawan