Memahami Sebelum Menilai: Kunci Menangani Sikap Warga yang Sulit

Bagikan Keteman :


Dalam kehidupan sehari-hari, ketika kita diperlakukan buruk oleh seseorang yang kita anggap sahabat, sering kali reaksi pertama yang muncul bukan kemarahan, tapi justru pertanyaan dalam hati: “Saya salah apa ya sama dia?” Ini adalah bentuk introspeksi diri yang sehat—yakni mencoba memahami penyebab di balik perilaku orang lain, sebelum buru-buru menilai atau membalas. Pola pikir seperti ini sebenarnya bisa dan perlu diterapkan pula dalam kehidupan sosial dan pemerintahan, termasuk di tingkat desa.

Ketika ada warga yang bersikap sulit, menolak diajak kerja sama, atau bahkan terang-terangan menentang program pembangunan, respons pertama pemerintah desa seharusnya bukan langsung menilai bahwa warga tersebut “nakal” atau “tidak paham aturan.” Sebaliknya, perlu ada kepekaan untuk bertanya: “Apa kira-kira yang membuat dia bersikap seperti ini?”

Dalam ilmu psikologi dan sosiologi, dikenal prinsip kausalitas perilaku, yakni bahwa setiap tindakan manusia pasti memiliki sebab. Tak ada sikap yang muncul secara tiba-tiba tanpa latar belakang. Perilaku yang sulit dipahami secara nalar bisa jadi merupakan bentuk protes diam, ungkapan kecewa, atau sinyal bahwa ada komunikasi yang selama ini tidak berjalan baik.

Di sinilah pentingnya kecerdasan sosial dan kepemimpinan yang reflektif. Pemerintah desa perlu membangun kemampuan untuk tidak hanya melihat apa yang tampak, tetapi mencoba menyelami akar persoalan. Mungkin warga merasa tidak dilibatkan dalam proses perencanaan program. Mungkin ada janji yang dulu pernah disampaikan tapi belum ditepati. Mungkin ada luka sosial yang belum sempat disembuhkan.

By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment