Setiap manusia menyimpan dua kekuatan besar dalam dirinya: akal dan hawa nafsu. Keduanya terus bersaing setiap hari, setiap waktu, dalam setiap pilihan. Satu membawa kita menuju cahaya kebenaran, satu lagi menjerumuskan ke dalam kegelapan kebodohan.
Akal adalah anugerah ilahi. Ia membuat kita bisa berpikir, menimbang, dan memutuskan dengan bijak. Ia menjaga kita dari tindakan gegabah dan keputusan yang menghancurkan. Sementara hawa nafsu adalah dorongan dalam diri yang liar, menginginkan yang cepat, yang menyenangkan sesaat, tanpa peduli benar atau salah.
Masalahnya bukan karena manusia tak tahu apa yang benar—tetapi karena sering kali nafsu lebih menggoda daripada kebenaran. Dan saat akal dikalahkan, kebodohan pun mengambil alih.
Di sinilah bencana dimulai.
Seseorang yang dikuasai nafsunya akan membuat keputusan yang bodoh. Ia akan berbohong demi keuntungannya. Ia akan menipu demi kepuasan sesaat. Ia akan menindas, menghancurkan, bahkan mengorbankan orang lain demi ambisinya sendiri.
Dan yang paling mengerikan—adalah ketika orang seperti ini memegang kekuasaan.
Bayangkan seorang pemimpin yang tak lagi menggunakan akalnya, tapi tunduk sepenuhnya pada nafsu kekuasaan, harta, dan pujian. Ia akan menjadikan jabatannya sebagai alat untuk memuaskan diri, bukan untuk melayani rakyat. Hukum dibengkokkan. Keadilan dibungkam. Kebenaran dikubur.
Inilah kebodohan yang sistemik. Inilah bencana yang nyata.
Tapi sebelum kita menunjuk orang lain, mari kita lihat ke dalam diri kita sendiri. Karena sesungguhnya, setiap kita adalah pemimpin—paling tidak atas diri sendiri, keluarga, atau lingkungan kecil kita. Maka pertanyaannya: siapa yang memimpin dirimu? Akalkah? Atau hawa nafsu?
Jika akal yang memimpin, maka hidupmu akan penuh kehati-hatian dan kebijaksanaan. Tapi jika hawa nafsu yang berkuasa, maka perlahan, hidupmu akan dipenuhi kebodohan demi kebodohan.
Jangan tunggu hancur baru sadar.
Mulailah melatih dirimu untuk berpikir sebelum bertindak. Dengarkan suara akalmu—ia adalah alarm dari Tuhan. Latih dirimu untuk menunda kesenangan sesaat demi kebaikan jangka panjang. Karena orang yang mampu mengalahkan nafsunya, itulah orang yang benar-benar merdeka.
Ingat, pertarungan antara akal dan nafsu akan terus ada. Tapi setiap hari kamu diberi pilihan: siapa yang akan kamu jadikan pemimpin dalam dirimu?
Pilih akal. Pilih kebenaran. Karena di sanalah keselamatanmu bermula.
By: Andik Irawan