Loyalitas dalam Pergaulan: Ketika Prinsip Iman Harus Didahulukan

Loyalitas dalam Pergaulan: Ketika Prinsip Iman Harus Didahulukan Manusia adalah makhluk sosial. Dalam fitrahnya, ia membutuhkan pergaulan, komunitas, dan ruang kebersamaan. Di sanalah ada cinta, dukungan, dan loyalitas yang lahir karena interaksi dan ikatan hati. Namun, dalam Islam, loyalitas bukanlah sesuatu yang mutlak diberikan kepada siapa saja. Ia harus disandarkan pada nilai yang hakiki: ketaatan kepada Allah dan kebenaran agama-Nya. Di sinilah kadang muncul dilema. Kita ingin menjadi bagian dari komunitas, menjalin persaudaraan, menebar kebahagiaan dalam kebersamaan. Tapi bagaimana jika komunitas itu tidak sejalan dalam hal paling prinsipil: yaitu komitmen…

Read More

Menjalankan Islam Secara Kaffah: Jalan Menuju Keberkahan Hidup

Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh. Ia bukan sekadar agama ritual, tetapi juga sistem hidup yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, mulai dari ibadah pribadi hingga urusan sosial, ekonomi, hukum, bahkan kepemimpinan. Inilah makna dari Islam sebagai “dinul hayah”—agama kehidupan. Namun, yang menjadi persoalan di banyak kalangan hari ini adalah pemahaman dan pengamalan Islam yang parsial. Banyak yang menjalankan ajaran Islam hanya pada aspek ritual semata, seperti salat, puasa, atau haji, tetapi abai terhadap ajaran muamalah—hubungan sosial dan ekonomi—seperti kejujuran dalam berdagang, menjauhi riba, menolak suap, dan menjunjung keadilan.…

Read More

Tertib Berorganisasi: Jalan Terhormat Menuju Masyarakat yang Bermartabat

Tertib Berorganisasi: Jalan Terhormat Menuju Masyarakat yang Bermartabat Tertib berorganisasi adalah tanda peradaban. Ia mencerminkan kesadaran kolektif suatu masyarakat untuk membangun sistem yang adil, teratur, dan bertanggung jawab. Dalam lingkungan sosial seperti desa, organisasi memiliki peran vital sebagai wadah partisipasi, pengambilan keputusan, dan pelayanan publik. Maka ketika tertib organisasi tidak dijunjung, itulah awal dari kemunduran sosial yang menyedihkan. Ketika Budaya Tertib Tak Dihargai Sungguh patut disayangkan, ketika di suatu lingkungan desa, tidak ditemukan iklim tertib berorganisasi. Tidak ada rotasi jabatan. Tidak ada batasan peran. Maka yang terjadi adalah dominasi segelintir…

Read More

Derajat Kemuliaan: Antara Memahami dan Ingin Dipahami

Derajat Kemuliaan: Antara Memahami dan Ingin Dipahami Di antara tanda-tanda seseorang memiliki derajat dan kemuliaan hidup, adalah ketika ia lebih banyak memilih untuk memahami daripada dipahami. Dalam setiap interaksi sosial, ia tidak sibuk menuntut pengertian dari orang lain, melainkan dengan kelapangan hati, ia memaklumi, mempersilakan, dan menerima ragam perilaku manusia di sekitarnya. Inilah tanda jiwa yang besar, hati yang luas, dan batin yang matang. Mengapa sikap ini begitu mulia? Karena orang yang hidup dengan cara demikian sedang membebaskan dirinya dari jerat luka batin. Ia tidak menggantungkan ketenangan hatinya pada sikap…

Read More

Kemuliaan di Mata Tuhan: Antara Ilmu, Kebodohan, dan Kemanfaatan bagi Sesama

Integrasi antara ilmu, amal, dan nilai kemanfaatan dalam Islam. Kemuliaan di Mata Tuhan: Antara Ilmu, Kebodohan, dan Kemanfaatan bagi Sesama Pendahuluan: Tidak Semua yang Cerdas Itu Mulia, Tidak Semua yang Bodoh Itu Rendah Islam sangat menjunjung tinggi ilmu. Dalam banyak ayat Al-Qur’an dan hadits, orang-orang berilmu disebut memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”(QS. Al-Mujadilah: 11) Namun, dalam realitas sosial dan nilai ke-Tuhanan yang lebih luas, kemuliaan seseorang tidak hanya diukur dari tingginya ilmu, tapi…

Read More

Kebodohan Terhadap Syariat: Ketika Diam Menjadi Sebuah Kezaliman

Pendahuluan: Tidak Semua Kebodohan Layak Dimaklumi Dalam kehidupan bermasyarakat, kita sering diajarkan untuk bersabar terhadap orang yang belum paham, untuk memaafkan kesalahan akibat ketidaktahuan, dan untuk tidak cepat menghakimi. Namun, ada batasan moral dan spiritual yang tidak boleh dilanggar. Salah satu bentuk kebodohan yang tidak boleh dimaklumi, tidak boleh dibiarkan, dan tidak boleh ditoleransi, adalah kebodohan terhadap syariat Tuhan — kebodohan yang menyebabkan seseorang ringan melanggar larangan-larangan Allah dengan alasan “tidak tahu”. Apa yang Dimaksud dengan Kebodohan terhadap Syariat? Kebodohan terhadap syariat bukan semata-mata ketidaktahuan, melainkan: Kebodohan semacam ini bukan…

Read More

Bijaksana di Tengah Kebodohan: Antara Kesadaran, Kasih Sayang, dan Tanggung Jawab Moral

Pendahuluan: Realita Sosial yang Tak Bisa Dipungkiri Di manapun kita tinggal—di desa, kota, bahkan negara maju sekalipun—mayoritas manusia bukanlah golongan cerdas. Ini adalah fakta alamiah, karena untuk menjadi orang yang benar-benar cerdas, dibutuhkan proses panjang: belajar terus-menerus, berpikir kritis, terbuka terhadap kebenaran, dan punya kepekaan hati. Sebaliknya, kebodohan itu murah meriah. Ia tidak butuh modal, tidak perlu usaha, bahkan bisa dipelihara hanya dengan malas berpikir. Karena itulah, kebodohan sangat mudah tersebar dan mendominasi. Fakta yang Perlu Disadari 📌 Cerdas itu langka, bodoh itu lazim.📌 Orang bodoh mudah tersulut, cepat menilai,…

Read More

Seni Hidup Berdampingan dengan Orang Awam: Antara Kesabaran dan Kecerdasan Sosial

Pendahuluan: Hidup Bersama Tak Selalu Seragam Dalam kehidupan bermasyarakat, kita tidak hanya hidup berdampingan dengan orang-orang yang satu frekuensi, satu pola pikir, atau satu kedalaman nalar. Sebaliknya, kita akan lebih sering berjumpa dan bergaul dengan masyarakat awam — yaitu orang-orang yang berpikir sederhana, menilai sesuatu apa adanya, dan kadang hanya berdasarkan yang tampak di permukaan. Menghadapi kenyataan ini, dibutuhkan kecerdasan emosional dan sosial, bukan untuk merendahkan mereka, tetapi untuk menjaga harmoni dalam hidup bersama. Ini adalah seni bersosialisasi yang tidak diajarkan di bangku sekolah, tapi justru dilatih setiap hari dalam…

Read More

SDM HEBAT, DESA KUAT: Membangun Desa dari Manusia, Bukan Hanya Infrastruktur

SDM HEBAT, DESA KUAT: Membangun Desa dari Manusia, Bukan Hanya Infrastruktur SDM HEBAT, DESA KUAT: Membangun Desa dari Manusia, Bukan Hanya Infrastruktur Pendahuluan: Akar dari Kemajuan Desa Banyak orang berpikir bahwa membangun desa cukup dengan membangun jalan, balai, atau saluran irigasi. Padahal, infrastruktur hanyalah alat. Yang paling utama adalah sumber daya manusianya (SDM). Desa yang dibangun dengan semangat gotong royong tapi dijalankan oleh SDM yang lemah akan tertinggal. Sebaliknya, desa terpencil sekalipun bisa menjadi maju dan inspiratif, jika digerakkan oleh SDM yang cerdas, amanah, dan memiliki semangat membangun. Maka membangun…

Read More

Yayasan Milik Umat Harus Dikelola Secara Tertib dan Transparan: Mewaspadai Monopoli Perseorangan

Yayasan Milik Umat Harus Dikelola Secara Tertib dan Transparan: Mewaspadai Monopoli Perseorangan Pendahuluan Lembaga sosial seperti yayasan pendidikan yang berdiri di tengah masyarakat desa, sejatinya merupakan lembaga milik umat. Ia dibangun atas dasar semangat kebersamaan, gotong royong, dan kepedulian terhadap kemajuan pendidikan generasi. Namun sangat disayangkan, dalam praktiknya, tidak sedikit yayasan yang dikuasai oleh perseorangan atau kelompok tertentu. Hal ini terjadi karena lemahnya pengawasan dan tidak tertibnya mekanisme organisasi. Artikel ini akan mengulas bagaimana tertib berorganisasi harus ditegakkan dalam yayasan milik masyarakat, serta pentingnya keterlibatan Pemdes dan BPD sebagai wakil…

Read More