Dalam kehidupan ini, kita akan terus bertemu dengan banyak orang—beragam latar belakang, karakter, dan bahkan keyakinan. Namun bagaimana dengan mereka yang seiman dengan kita? Apakah otomatis berarti mereka juga sepemikiran? Belum tentu. Di sinilah pentingnya sebuah keterampilan hidup yang kerap luput diajarkan: mengenal isi pikiran seseorang untuk menilai letak hubungan yang selayaknya kita bangun dengannya. 1. Iman yang Sama, Pemikiran yang Berbeda Seringkali kita menyangka bahwa kesamaan iman secara otomatis berarti kesamaan nilai, tujuan hidup, atau cara berpikir. Padahal, iman hanyalah titik awal, bukan jaminan akhir dari keharmonisan pemikiran.Dua orang…
Read MoreKategori: Berita
“Ketika Moral Dihancurkan Musik: Tragedi Kultural di Desa”
Ada luka yang dirasakan oleh banyak orang yang masih mencintai nilai-nilai luhur dan akhlaq mulia. Ini suatu benturan besar antara warisan spiritual dengan arus budaya modern, yang bahkan didorong oleh tokoh yang semestinya menjadi pelindung moral masyarakat. “Ketika Moral Dihancurkan Musik: Tragedi Kultural di Desa” Di balik sunyi dan damainya kehidupan desa,terdapat sejarah panjang perjuangan moral.Para ustadz, kiyai, guru ngaji, dan tokoh adat—semua bersatumembangun fondasi akhlaq, adab, dan ruh keislaman yang dalam. Mereka tidak dibayar mahal.Mereka tidak populer di media.Tapi mereka sabar dan istiqomah—menanam nilai dalam hati manusia. Namun hari…
Read More“Ketika Musik Jadi Kurikulum: Kecelakaan Pendidikan di Usia Dini”
“Ketika Musik Jadi Kurikulum: Kecelakaan Pendidikan di Usia Dini” Di balik warna-warni ruangan PAUD, boneka lucu, dan suara tawa anak-anak, tersimpan kecelakaan pendidikan yang nyaris tak disadari.Musik, yang diputar keras-keras lewat speaker dan dipakai untuk “mengajar” anak-anak bergerak, telah menjadi metode yang populer.Anak usia 3–5 tahun—yang seharusnya sedang membangun kesadaran ruhani paling dasar—malah dimasukkan ke dalam dunia adiktif yang sangat berisiko. Apa yang Salah? Bukankah Musik Itu Menyenangkan? Ya, menyenangkan. Tapi bukan semua yang menyenangkan itu menyehatkan.Dan bukan semua yang disenangi anak itu mendidik jiwa mereka. Musik, apalagi yang berirama…
Read More“Musik dan Irama: Dari Relaksasi Menjadi Jerat Budaya Massal”
Di era modern ini, telah terjadi pergeseran budaya yang sangat dalam dan sistemik, dan patut direnungi oleh siapa pun yang ingin menjaga jiwanya tetap sehat secara ruhani. Mari kita kupas dengan pendekatan spiritual, budaya, dan kesadaran sosial yang membangun serta memotivasi. “Musik dan Irama: Dari Relaksasi Menjadi Jerat Budaya Massal” Musik dan irama, dahulu hanyalah pelengkap suasana. Ia sederhana, bersifat pribadi, dan fungsional: Namun kini, musik telah berubah wujud. Ia tak lagi sekadar alat. Ia menjadi simbol utama perayaan dan pesta.Tanpa musik, acara dianggap hambar.Tanpa irama, pesta terasa gagal.Tanpa dentuman,…
Read More“Kecanduan Irama: Ketika Musik Menunda Pertobatan”
“Kecanduan Irama: Ketika Musik Menunda Pertobatan” Ada sebuah pemandangan yang menggelitik jiwa:Para musisi—baik nasional maupun dunia—yang telah menginjak usia senja, bahkan sebagian sudah renta, masih tampil di atas panggung dengan semangat menyala. Mereka menciptakan lagu, bernyanyi, bahkan berdansa di usia yang seharusnya sudah menjadi masa khusyuk menuju akhir. Ini bukan sekadar kegigihan dalam berkarya. Ini adalah fenomena jiwa yang penting untuk direnungkan. Mengapa Tidak Beralih ke Keheningan? Secara logika fitrah: Tapi justru pada usia inilah banyak musisi yang semakin sibuk, semakin mencintai panggung, dan semakin tenggelam dalam irama yang dulu…
Read More“Saat Jiwa Kosong di Tengah Irama: Waspada Nyanyian yang Meninabobokan Hati”
“Saat Jiwa Kosong di Tengah Irama: Waspada Nyanyian yang Meninabobokan Hati” Manusia adalah makhluk perasa—ia diciptakan dengan kepekaan yang luar biasa terhadap suara, ritme, dan keindahan. Tidak heran jika musik begitu mudah memikat hatinya. Irama yang lembut, melodi yang indah, suara yang merdu—semuanya bisa membawa seseorang larut dalam perasaan yang dalam, bahkan membuatnya menangis, tertawa, atau terbawa suasana tertentu. Namun, ada satu pertanyaan besar yang jarang ditanyakan: Apa yang terjadi pada jiwa jika seseorang terlalu larut dalam irama dunia, namun lupa arah akhirat? Musik Bisa Menyentuh, Tapi Juga Bisa Mengikis…
Read More“Adab dalam Ibadah: Ketika Irama Mengalihkan Tujuan”
Islam adalah agama yang sangat cerdas—penuh rahmat, tapi juga penuh batasan. Setiap larangan dan perintah dalam Islam bukanlah bentuk kekangan, tapi tanda cinta dari Tuhan yang Maha Tahu akan sifat dasar manusia: mudah terlena. Manusia memang diciptakan dengan kecintaan terhadap keindahan, termasuk dalam hal irama dan musik. Tapi di sinilah letak ujian itu: sesuatu yang menyenangkan belum tentu menyelamatkan. Sesuatu yang menghibur belum tentu menghidupkan ruhani. Hati-hati dengan Irama yang Membungkus Kelalaian Saat ini kita menyaksikan banyak ekspresi agama dikemas dalam bentuk yang lebih ringan—lagu religi, sholawat berirama, bahkan doa…
Read More“Musikalitas Jiwa: Ketika Doa Menjadi Lagu dan Hati Terlupa”
“Musikalitas Jiwa: Ketika Doa Menjadi Lagu dan Hati Terlupa” Manusia adalah makhluk irama. Tanpa disadari, sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan, ia telah merespons suara, nada, dan getaran yang mengalun di sekitarnya. Musik bukan sekadar hiburan, tetapi bagian dari fitrah penciptaan manusia. Irama dapat membangkitkan semangat, menenangkan hati, bahkan membuat seseorang menangis dalam diam. Namun, di balik semua itu, ada sisi lain yang jarang disadari: musikalitas adalah ujian. Irama: Antara Anugerah dan Godaan Tidak bisa dipungkiri, alunan nada bisa membuat seseorang larut, mabuk, bahkan lupa diri. Irama mampu menggiring jiwa…
Read MoreParadoks Pedih Pejuang Agama: Ketika Semangat Membara Tidak Sejalan dengan Syariat
Paradoks Pedih Pejuang Agama: Ketika Semangat Membara Tidak Sejalan dengan Syariat Ada satu paradoks yang sangat perih dan memilukan di tengah kehidupan keagamaan kita hari ini: kita melihat sekelompok orang yang sangat militan dan vokal sebagai “pejuang agama”. Mereka aktif dalam berbagai organisasi dakwah, lantang bersuara membela Islam, bahkan terkadang sangat keras menilai orang lain. Namun yang menyayat hati—justru di antara mereka, ada yang menjadi pelanggar syariat itu sendiri. Bagaimana mungkin orang yang berseru-seru tentang kebenaran, justru menabrak kebenaran itu sendiri?Ini adalah luka sosial dan spiritual yang tak mudah diobati.…
Read MoreKetika Hati Gelisah Melihat Kemaksiatan: Sebuah Renungan Tentang Ghirah dan Kepekaan Iman
Tuhan, mengapa dengan hatiku ini?Hatiku gelisah, hatiku penuh kecemburuan. Bukan karena cinta dunia, tapi karena tak sanggup menerima ketika larangan-Mu dilanggar oleh manusia, apalagi oleh orang-orang terdekatku sendiri. Hatiku bergemuruh ketika melihat riba dinormalisasi, suap dianggap hal biasa, kebohongan menjadi alat kelicikan, dan berbagai bentuk kemaksiatan lainnya dilakukan seolah tanpa beban dosa. Mengapa aku merasa seperti ini?Apakah aku terlalu sensitif?Ataukah ini adalah bagian dari fitrah hati yang Engkau jaga dengan iman? Sesungguhnya ini adalah tanda bahwa hatimu masih hidup. Dalam Islam, perasaan ini dikenal sebagai ghirah—kecemburuan hati terhadap pelanggaran terhadap…
Read More