Islam adalah agama yang sangat cerdas—penuh rahmat, tapi juga penuh batasan. Setiap larangan dan perintah dalam Islam bukanlah bentuk kekangan, tapi tanda cinta dari Tuhan yang Maha Tahu akan sifat dasar manusia: mudah terlena. Manusia memang diciptakan dengan kecintaan terhadap keindahan, termasuk dalam hal irama dan musik. Tapi di sinilah letak ujian itu: sesuatu yang menyenangkan belum tentu menyelamatkan. Sesuatu yang menghibur belum tentu menghidupkan ruhani. Hati-hati dengan Irama yang Membungkus Kelalaian Saat ini kita menyaksikan banyak ekspresi agama dikemas dalam bentuk yang lebih ringan—lagu religi, sholawat berirama, bahkan doa…
Read More“Musikalitas Jiwa: Ketika Doa Menjadi Lagu dan Hati Terlupa”
“Musikalitas Jiwa: Ketika Doa Menjadi Lagu dan Hati Terlupa” Manusia adalah makhluk irama. Tanpa disadari, sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan, ia telah merespons suara, nada, dan getaran yang mengalun di sekitarnya. Musik bukan sekadar hiburan, tetapi bagian dari fitrah penciptaan manusia. Irama dapat membangkitkan semangat, menenangkan hati, bahkan membuat seseorang menangis dalam diam. Namun, di balik semua itu, ada sisi lain yang jarang disadari: musikalitas adalah ujian. Irama: Antara Anugerah dan Godaan Tidak bisa dipungkiri, alunan nada bisa membuat seseorang larut, mabuk, bahkan lupa diri. Irama mampu menggiring jiwa…
Read MoreParadoks Pedih Pejuang Agama: Ketika Semangat Membara Tidak Sejalan dengan Syariat
Paradoks Pedih Pejuang Agama: Ketika Semangat Membara Tidak Sejalan dengan Syariat Ada satu paradoks yang sangat perih dan memilukan di tengah kehidupan keagamaan kita hari ini: kita melihat sekelompok orang yang sangat militan dan vokal sebagai “pejuang agama”. Mereka aktif dalam berbagai organisasi dakwah, lantang bersuara membela Islam, bahkan terkadang sangat keras menilai orang lain. Namun yang menyayat hati—justru di antara mereka, ada yang menjadi pelanggar syariat itu sendiri. Bagaimana mungkin orang yang berseru-seru tentang kebenaran, justru menabrak kebenaran itu sendiri?Ini adalah luka sosial dan spiritual yang tak mudah diobati.…
Read MoreKetika Hati Gelisah Melihat Kemaksiatan: Sebuah Renungan Tentang Ghirah dan Kepekaan Iman
Tuhan, mengapa dengan hatiku ini?Hatiku gelisah, hatiku penuh kecemburuan. Bukan karena cinta dunia, tapi karena tak sanggup menerima ketika larangan-Mu dilanggar oleh manusia, apalagi oleh orang-orang terdekatku sendiri. Hatiku bergemuruh ketika melihat riba dinormalisasi, suap dianggap hal biasa, kebohongan menjadi alat kelicikan, dan berbagai bentuk kemaksiatan lainnya dilakukan seolah tanpa beban dosa. Mengapa aku merasa seperti ini?Apakah aku terlalu sensitif?Ataukah ini adalah bagian dari fitrah hati yang Engkau jaga dengan iman? Sesungguhnya ini adalah tanda bahwa hatimu masih hidup. Dalam Islam, perasaan ini dikenal sebagai ghirah—kecemburuan hati terhadap pelanggaran terhadap…
Read MoreUsia 40 Tahun Ke Atas: Saatnya Hidup Dengan Arah, Bukan Sekadar Bertahan
Usia 40 Tahun Ke Atas: Saatnya Hidup Dengan Arah, Bukan Sekadar Bertahan Ada satu fase dalam hidup yang seringkali datang tanpa pesta, tanpa perayaan, namun dampaknya begitu besar dalam perjalanan batin seseorang: usia 40 tahun ke atas. Inilah masa ketika hidup tak lagi hanya soal mimpi, tapi tentang bukti. Tak sekadar soal harapan, tapi tentang tanggung jawab. Dan bukan cuma tentang mencari, tapi sudah waktunya memberi. Di usia ini, banyak orang merasa seperti “terbangun dari tidur panjang.” Tiba-tiba waktu terasa sangat cepat, dan segala sesuatu tampak harus segera dikerjakan. Tak…
Read More“Manusia Kembar Penciptaan: Sama dalam Fitrah, Berbeda dalam Perlakuan”
Dalam hiruk-pikuk kehidupan ini, kita melihat betapa beragamnya manusia—ada yang jenius, ada yang sederhana; ada yang berhati lembut, ada pula yang keras dan membatu; ada yang tubuhnya sehat, ada pula yang rapuh. Perbedaan ini kerap membuat kita lupa pada satu kenyataan mendasar: bahwa semua manusia diciptakan dengan prinsip penciptaan yang sama. Ya, dalam pandangan tauhid dan fitrah, seluruh manusia adalah ‘kembar’ dalam penciptaan. 1. Diciptakan dengan Sistem dan Potensi yang Sama Saat Allah menciptakan manusia, Dia memberi setiap jiwa seperangkat instrumen dasar yang seragam: Semua manusia, tanpa terkecuali, lahir dengan…
Read MoreTauhid dalam Gagasan: Menyadari Sumber Ilham yang Hakiki
Seringkali ketika ide cemerlang melintas di benak kita—gagasan yang segar, pemikiran yang dalam, atau rencana yang menginspirasi—kita merasa bangga. Kita berkata dalam hati, “Ini buah dari pemikiran saya, ini hasil dari kerja keras dan kecerdasan saya.” Namun, pernahkah kita berhenti sejenak dan bertanya: Dari mana sebenarnya datangnya semua ide ini? Sebagai seorang yang bertauhid, kita wajib menyadari dan meyakini satu hal penting: segala ide dan gagasan yang baik, yang muncul dalam hati dan pikiran kita, adalah datangnya dari Allah. Ini bukan sekadar pengakuan retoris, tapi bentuk penghayatan mendalam terhadap makna…
Read MoreSelesai dengan Diri Sendiri: Fondasi Sebelum Menjadi Siapa-Siapa
Selesai dengan Diri Sendiri: Fondasi Sebelum Menjadi Siapa-Siapa Dalam perjalanan hidup, banyak orang sibuk mengejar pencapaian, popularitas, dan simbol kesuksesan. Tapi ada satu hal penting yang sering dilupakan: apakah kita sudah selesai dengan diri sendiri? Ada ungkapan yang cukup keras namun jujur: “Mereka yang masih memerlukan pujian, ia belum beres dengan dirinya. Mereka yang lebih memilih menangis di mobil mewah daripada tertawa dalam kesederhanaan, ia belum beres dengan dirinya. Dan mereka yang belum beres dengan dirinya, belum layak menjadi apa-apa.” Kalimat ini menyentuh titik terdalam dalam pencarian jati diri dan…
Read MoreBelajar Tawakkal dari Seekor Burung di Atas Ranting Rapuh
Pernahkah Anda melihat seekor burung yang hinggap di ranting pohon yang tampak rapuh? Ia tidak terlihat gelisah, tidak terlihat cemas, apalagi ketakutan. Padahal, ranting itu bisa patah kapan saja. Tapi burung itu tetap tenang. Mengapa? Jawabannya sederhana namun penuh makna:Burung itu tidak meletakkan kepercayaannya pada ranting yang bisa patah, melainkan pada sayapnya sendiri.Ia yakin, andai ranting itu patah, ia bisa terbang. Makna Mendalam dari Seekor Burung Analogi sederhana ini memberikan pelajaran luar biasa tentang hidup dan ketergantungan kita kepada Tuhan. Dalam kehidupan, banyak dari kita meletakkan rasa aman dan nyaman…
Read MoreKetenangan: Modal Utama Menghadapi Hidup yang Penuh Kejutan
Hidup ini penuh kejutan. Tidak ada yang benar-benar bisa memprediksi apa yang akan terjadi esok hari—bahkan dalam hitungan menit pun, bisa saja semuanya berubah drastis. Di tengah derasnya arus peristiwa yang datang mendadak, satu hal yang paling kita butuhkan bukan kepintaran, bukan kekuatan fisik, apalagi kepanikan. Yang paling utama adalah: ketenangan. Tenang, Tenang, dan Tenang Ketenangan adalah benteng pertama sekaligus senjata utama dalam menghadapi badai kehidupan. Ia membuat kita tidak larut dalam kekacauan, tidak hanyut oleh emosi, dan tidak tenggelam dalam ketakutan. Namun, menjadi pribadi yang tenang bukanlah hal yang…
Read More