Poligami dalam Islam: Antara Tanggung Jawab dan Kesejahteraan Sosial

Ajaran Islam merupakan ajaran yang agung dan mulia. Islam mengatur kehidupan manusia secara cermat dan teliti dengan tujuan utama menciptakan keselamatan, keadilan, dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Salah satu bentuk pengaturan tersebut adalah dalam hal pernikahan, termasuk di dalamnya konsep poligami. Makna Poligami dalam Islam Poligami dalam Islam bukanlah ajaran yang berdiri di atas dasar hawa nafsu atau ketimpangan gender, melainkan sebuah syariat yang sarat dengan nilai tanggung jawab sosial dan keadilan. Dalam Surah An-Nisa ayat 3, Allah SWT berfirman: “Maka nikahilah wanita-wanita yang kamu senangi, dua, tiga, atau…

Read More

Menjaga Wibawa dan Kehormatan Perempuan dalam Islam: Antara Batas Komunikasi dan Kesetiaan Hati

Dalam pandangan Islam, perempuan yang terhormat adalah perempuan yang mampu menjaga wibawa dan kehormatannya sebagai perempuan sejati. Terutama ketika ia telah menyandang status sebagai seorang istri, maka tanggung jawabnya menjadi lebih besar: tidak hanya menjaga dirinya, tapi juga menjaga kehormatan suaminya serta stabilitas rumah tangga yang dibangun bersama. Salah satu aspek penting yang seringkali menjadi celah munculnya konflik rumah tangga adalah komunikasi dengan lawan jenis. Komunikasi, sekilas tampak sederhana dan tidak berbahaya. Namun dalam kenyataannya, komunikasi merupakan pintu awal terbukanya interaksi emosional. Dari sebuah obrolan ringan, bisa berkembang menjadi perhatian,…

Read More

Pembohong Terbesar: Ketika Manusia Membohongi Dirinya Sendiri

Di antara bentuk kebohongan yang paling menyedihkan adalah kebohongan kepada diri sendiri. Ini bukan sekadar soal dusta kepada orang lain, tetapi pengkhianatan terhadap potensi, cita-cita, dan jalan terang yang sudah terbentang di hadapan. Fenomena ini sering kita temui, terutama dalam kisah-kisah harian tentang mereka yang mengaku ingin sukses, tetapi tak kunjung melakukan apa pun untuk mendekati tujuan tersebut. Bayangkan seorang pemuda yang hidup dalam kemiskinan. Ia tidak punya pekerjaan, tidak ada akses ke pendidikan tinggi, dan peluang hidup seolah menutup diri darinya. Namun diam-diam, dalam hati kecilnya, ia memendam cita-cita…

Read More

Tradisi Maaf-Memaafkan di Hari Raya: Antara Keluhuran dan Formalitas Sosial

Salah satu budaya yang melekat kuat dalam perayaan Hari Raya Idul Fitri adalah tradisi saling maaf-memaafkan. Dalam setiap momen lebaran, kita akan mendengar kalimat-kalimat sakral seperti “mohon maaf lahir dan batin” yang diucapkan hampir oleh setiap orang, baik secara langsung maupun melalui pesan singkat. Ini adalah budaya yang agung dan mulia, mencerminkan ajaran Islam yang menekankan pada pembersihan hati, rekonsiliasi, dan menjalin kembali tali silaturahmi. Namun, di balik kemuliaan tradisi ini, terdapat fenomena sosial yang patut menjadi renungan. Tidak sedikit di antara kita yang menjalani tradisi maaf-memaafkan ini secara dangkal,…

Read More

Ketika Organisasi Hanya Sekadar Formalitas: Refleksi atas Krisis Manajemen dalam Gerakan Sosial-Keagamaan

Berorganisasi sejatinya adalah ruang yang sangat asyik dan seru. Di sana kemampuan personal akan terlatih dan terasah—baik dalam hal kepemimpinan, komunikasi, manajemen waktu, hingga seni dalam bekerja sama. Terlebih jika kita terlibat dalam organisasi gerakan seperti Muhammadiyah, yang tidak hanya fokus pada pembangunan diri, tapi juga berdakwah, membangun persahabatan, serta merawat nilai-nilai sosial dan keagamaan. Namun, semangat ideal ini seringkali terbentur realitas yang mengecewakan. Tidak jarang kita temui organisasi yang dikelola tanpa prinsip manajerial yang baik. Agenda rutin seperti rapat pengurus, rapat pimpinan, ataupun pelaksanaan program kerja berdasarkan AD/ART seringkali…

Read More

Ketika Akal Buntu dan Keyakinan Menjadi Jalan Terakhir: Sebuah Fenomena Kehidupan

Setiap manusia dibekali oleh Tuhan dengan akal dan kesadaran sebagai alat utama untuk menjalani hidup dan membentuk masa depannya. Akal menjadi senjata utama dalam menghadapi tantangan hidup, membuka jalan-jalan logis menuju kesuksesan dan kesejahteraan. Namun, bagaimana jika semua usaha yang dilandasi akal tersebut telah dikerahkan, dan hasilnya tetap nihil? Bagaimana jika keadaan tak kunjung berubah—tetap lemah, miskin, dan tak berdaya? Dalam kondisi semacam ini, banyak orang akhirnya beralih ke jalur lain: jalan keyakinan, atau lebih tepatnya jalan non-nalar. Mereka mencari harapan di luar batas logika. Ada yang menempuh jalur agama,…

Read More

Konflik Investasi karena Salah Paham Akad: Hutang atau Mudhorobah?

Betapa menyenangkan ketika harta bisa berkembang melalui investasi. Semakin besar dana yang ditanamkan, maka potensi pertumbuhan kekayaan pun akan semakin cepat dan berlipat. Namun bagaimana jika kenyataan berkata sebaliknya? Bagaimana jika perusahaan tempat berinvestasi justru mengalami kerugian besar hingga pailit, dan seluruh dana investasi—misalnya sejumlah tiga miliar rupiah—lenyap tanpa bekas? Dalam dunia investasi, terlebih dalam perspektif Islam, ada hal penting yang harus diperjelas sejak awal: akad atau bentuk kesepakatan antara investor dan pelaku usaha. Kesalahan dalam memahami atau menyepakati jenis akad ini bisa memicu konflik serius di kemudian hari. Investasi…

Read More

Konflik Wakaf dalam Keluarga dan Dampaknya terhadap Stabilitas Sosial Masyarakat

Berikut artikel berdasarkan cerita PendahuluanKonflik dalam keluarga adalah hal yang sering terjadi, terutama ketika menyangkut masalah harta warisan atau hibah dari orang tua. Namun, konflik internal ini bisa berkembang menjadi persoalan sosial yang lebih luas apabila tidak disikapi secara bijaksana. Salah satu contohnya adalah konflik wakaf keluarga yang tidak selesai dan justru menciptakan polemik berkepanjangan di tengah masyarakat. Kronologi KasusDalam sebuah keluarga, terjadi ketidakharmonisan di antara lima orang bersaudara mengenai harta hibah dari orang tuanya. Dalam prosesnya, harta tersebut kemudian diputuskan untuk diwakafkan kepada masjid oleh orang tua mereka. Keputusan…

Read More

Dilema Seorang Muslim: Antara Sunnah Memperbanyak Keturunan dan Tanggung Jawab Menghidupi Anak

Menjadi seorang muslim yang taat kadang tidak lepas dari kebingungan ketika dihadapkan pada dilema antara ajaran agama dan realitas kehidupan. Salah satu dilema yang kerap muncul adalah soal keturunan. Dalam ajaran Islam, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan umatnya untuk menikah dan memiliki keturunan yang banyak. Beliau bersabda: “Menikahlah dengan wanita yang penyayang dan subur, karena aku akan membanggakan banyaknya umatku di hadapan umat lain pada hari kiamat.” (HR. Abu Dawud) Hadis ini seringkali menjadi dasar semangat bagi sebagian muslim untuk memiliki anak banyak, sebagai bagian dari upaya mengikuti sunnah…

Read More

Memutus Rantai Kemiskinan: Revolusi Sunyi dari Kesadaran Diri

Salah satu mata rantai kemiskinan yang sering terjadi dalam masyarakat adalah warisan kemiskinan dari orang tua kepada anak. Orang tua yang hidup dalam kemiskinan, besar kemungkinan akan melahirkan anak-anak yang juga mengalami nasib serupa. Kemiskinan ini bukan hanya sekadar persoalan kurangnya uang, tetapi warisan struktural yang menyangkut pendidikan, akses informasi, kualitas gizi, serta jaringan sosial yang terbatas. Akibatnya, kemiskinan menjadi seperti mata rantai yang tak berujung. Untuk memutus mata rantai tersebut, diperlukan sebuah langkah sadar dan berani: jangan menjadi pribadi yang miskin secara ekonomi. Tentu ini bukan perkara mudah, karena…

Read More