Ketika Rumah Allah Dibangun dengan Suap: Refleksi atas Masjid yang Tumbuh dari Jalan Haram

kontradiksi moral dan spiritual dalam proses pembangunan masjid, tempat yang seharusnya menjadi simbol kesucian dan ketulusan. Ketika masjid dibangun dengan cara-cara yang tidak halal, apalagi lewat praktik kotor seperti suap, maka ada pertanyaan besar yang harus dijawab bersama: Apakah kita sedang membangun rumah Allah, atau hanya membangun bangunan yang seolah-olah suci? Belajar Kritis Masjid adalah tempat suci, simbol kehadiran Allah di tengah masyarakat, dan pusat spiritual umat Islam. Ia dibangun bukan sekadar untuk menampung shalat berjamaah, tapi juga untuk menumbuhkan akhlak, kejujuran, keadilan, dan semangat ibadah. Namun, di zaman ini,…

Read More

Ketika Sesepuh Agama Tiada: Akankah Masyarakat Kehilangan Arah?

Ketika Sesepuh Agama Tiada: Akankah Masyarakat Kehilangan Arah? Di banyak desa, terutama di lingkungan yang masih kental dengan nilai-nilai tradisi dan keagamaan, sosok sesepuh agama memegang peranan penting. Ia bukan hanya pemimpin spiritual, tapi juga penjaga nilai, penengah konflik, dan simbol wibawa moral. Keberadaannya membawa rasa aman, arah, dan ketentraman dalam kehidupan beragama masyarakat. Namun, bagaimana jika sesepuh ini tiba-tiba wafat? Pertanyaan ini bukan sekadar soal kehilangan satu orang, melainkan soal goyahnya satu sistem nilai yang selama ini menopang kehidupan sosial dan spiritual warga desa. 1. Kekosongan Wibawa dan Kepemimpinan…

Read More

Krisis Kemandirian dalam Organisasi Remaja: Budaya Proposal yang Tak Pernah Usai

Setiap tahun, pemandangan ini terus berulang: sekelompok pemuda atau remaja dari sebuah organisasi sosial sibuk mencetak proposal, lalu mengantarkannya ke rumah-rumah warga yang dianggap “mampu secara finansial.” Tujuannya? Untuk mendanai kegiatan tahunan organisasi mereka. Tidak jarang, proposal yang dibagikan pun hanya diganti tahun dan tanggal, isinya tetap sama dari tahun ke tahun. Fenomena ini seolah menjadi budaya yang sudah mengakar. Yang kaya didatangi, yang muda menadahkan proposal, dan kegiatan organisasi pun berjalan—sementara makna mendalam dari proses berorganisasi pelan-pelan hilang ditelan kebiasaan instan. Mengapa Ini Terjadi? Budaya ini muncul karena sejak…

Read More

Dakwah yang Tidak Membumi: Ketika Ceramah Tidak Sesuai dengan Kondisi Masyarakat

Berfikir Kritis Kehadiran mubaligh, da’i, atau juru dakwah di tengah masyarakat desa merupakan hal yang sangat ditunggu-tunggu. Ceramah agama diharapkan menjadi momen penyegaran spiritual, penguatan iman, sekaligus pengarahan moral bagi masyarakat. Namun, dalam beberapa kasus, muncul fenomena penceramah yang isi khutbah atau ceramahnya tidak nyambung dengan realita yang dihadapi masyarakat setempat. Apa yang Terjadi di Lapangan? Banyak ceramah yang: Hal ini bisa terjadi karena sang penceramah tidak melakukan pendekatan atau riset sosial terlebih dahulu terhadap masyarakat yang akan ia sapa lewat dakwahnya. Mengapa Ini Menjadi Masalah? Pentingnya Dakwah Kontekstual dan…

Read More

Fenomena Rangkap Jabatan dan “Monopoli Organisasi” di Tengah Masyarakat Desa

Fenomena rangkap jabatan dan satu orang ikut banyak organisasi sekaligus (bahkan hingga puluhan) adalah gejala sosial yang cukup kompleks dan patut dikritisi secara serius, apalagi dalam lingkup desa atau masyarakat lokal yang seharusnya lebih mementingkan pemerataan peran dan partisipasi. Belajar Kritis Dalam kehidupan bermasyarakat, partisipasi aktif dalam organisasi merupakan hal yang sangat positif. Itu menunjukkan adanya semangat kepedulian, gotong royong, dan rasa tanggung jawab terhadap pembangunan sosial. Namun, belakangan ini muncul fenomena yang justru bertolak belakang dengan semangat pemerataan partisipasi tersebut, yaitu praktik rangkap jabatan dan keikutsertaan satu orang dalam…

Read More

Mendorong Transparansi dan Keadilan dalam Lembaga Pendidikan Desa

Belajar Kritis I. Yayasan Pendidikan Desa: Milik Umat, Bukan Milik Pribadi Lembaga pendidikan yang berdiri atas nama yayasan di wilayah desa pada dasarnya adalah milik bersama masyarakat. Yayasan ini didirikan dengan semangat gotong royong, untuk memberi akses pendidikan yang layak bagi anak-anak desa. Namun, dalam praktiknya, banyak ditemukan pengelolaan yang tertutup dan tidak mencerminkan semangat kolektif tersebut. Permasalahan yang Muncul Dampak Sosial Langkah Solutif Pemerintah desa mendorong agar pengurus yayasan: II. Menyikapi Fenomena Pondok Pesantren Boarding School Bertarif Tinggi Beberapa tahun terakhir, desa-desa mengalami pertumbuhan jumlah pondok pesantren baru, terutama…

Read More

Pentingnya Transparansi Pengelolaan Yayasan Pendidikan Milik Masyarakat Desa

Belajar Kritis Yayasan pendidikan yang berdiri di wilayah desa sejatinya merupakan milik bersama masyarakat, bukan milik pribadi. Lembaga ini umumnya lahir dari semangat gotong royong dan kepedulian warga dalam menyediakan pendidikan yang layak untuk anak-anak desa. Namun, tidak jarang dalam praktiknya, pengelolaan yayasan justru dilakukan secara tertutup dan tidak melibatkan masyarakat, seolah-olah menjadi milik pribadi segelintir orang. Masalah Kurangnya Keterbukaan Salah satu permasalahan yang muncul adalah tidak adanya transparansi dalam proses pengangkatan pengurus yayasan dan guru. Di desa kita, meskipun banyak warga yang berpendidikan tinggi dan memiliki gelar sarjana, yayasan…

Read More

MENJUNJUNG TINGGI SUAMI TANDA MULIANYA ISTRI

Bentuk perilaku seorang istri dalam rangka menjunjung dan memuliakan suaminya bisa ditunjukkan dalam banyak hal, baik secara sikap, tutur kata, maupun tindakan sehari-hari. Berikut beberapa contohnya: 1. Taat dalam Hal yang Baik 2. Berbicara dengan Lembut dan Hormat 3. Merawat Penampilan 4. Memberikan Dukungan dan Semangat 5. Menjaga Kehormatan Suami 6. Melayani dengan Ikhlas 7. Bersyukur dan Tidak Banyak Menuntut 8. Mendidik Anak dengan Baik Dalam Islam, memuliakan suami merupakan salah satu kunci utama untuk meraih ridha Allah, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:“Jika aku boleh menyuruh seseorang sujud kepada orang…

Read More

Shohibul Qurban Tak Perlu Terbebani dengan Sajian Makanan: Cukup dengan Sedekah Sederhana

Oleh : Andik Irawan Dalam tradisi masyarakat kita, sering kali ibadah qurban disertai dengan kebiasaan menyajikan makanan sebelum hewan disembelih. Tidak jarang, para shohibul qurban (orang yang berqurban) merasa perlu menyiapkan konsumsi berupa nasi lengkap, lauk-pauk, bahkan dalam jumlah besar. Niatnya mulia: sebagai bentuk syukur dan menjamu tetangga atau panitia. Namun perlu dipahami bersama, bahwa dalam syariat Islam, tidak ada kewajiban atau anjuran khusus untuk menyajikan makanan sebelum penyembelihan qurban. Tidak ditemukan tuntunan dari Rasulullah SAW atau para sahabat bahwa seorang shohibul qurban harus menjamu makan orang lain sebelum qurbannya…

Read More

“KETIKA PERJUANGAN TAK DIWARISI, HANYA DIGANTI”

Refleksi Kritis atas Dinamika Kepemimpinan Pesantren Muhammadiyah Oleh: Andik Irawan Di tengah geliat kebangkitan pesantren Muhammadiyah, muncul sebuah kegelisahan yang diam-diam dirasakan oleh sebagian besar pimpinan pondok yang tumbuh dari nol: rasa tidak dihargai. Tak sedikit kisah di mana seorang mudir pondok telah membanting tulang sejak pondok hanya berdinding triplek, tidur di atas kardus, dan makan seadanya. Namun saat pondok mulai besar, dikenal publik, bahkan mencetak kader unggulan, sang pimpinan justru diganti secara sepihak. Tanpa musyawarah terbuka. Tanpa penghargaan yang layak. Fenomena ini nyata. Dan harus diakui, ini bukan semata…

Read More