Menghormati Perbedaan Keyakinan: Cermin Akhlak Mulia

Bagikan Keteman :


Dalam kehidupan ini, keyakinan adalah salah satu perkara paling pribadi dalam diri manusia. Setiap orang diberi kebebasan oleh Allah untuk memilih jalannya sendiri: menjadi seorang Muslim atau bukan, berafiliasi dengan Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Al-Irsyad, atau kelompok lainnya.
Semua itu adalah pilihan pribadi, yang pertanggungjawabannya langsung kepada Allah, bukan kepada manusia lain.

Oleh sebab itu, kita sebagai sesama manusia tidak punya hak untuk menghakimi keyakinan orang lain. Tugas kita hanyalah menghormati, bukan mencela; menjaga adab, bukan memperdalam jurang permusuhan.

Allah Ta’ala berfirman:

Tidak ada paksaan dalam agama. Sungguh telah jelas kebenaran dari kesesatan.” (QS. Al-Baqarah: 256)

Ayat ini menunjukkan prinsip agung dalam Islam: keyakinan adalah soal kebebasan, bukan soal paksaan.

Menghormati Tanpa Harus Menyetujui

Menghormati pilihan keyakinan orang lain bukan berarti kita harus menyetujui isinya. Kita tetap berpegang teguh pada prinsip dan iman kita masing-masing.
Namun, dalam ruang sosial, sikap saling menghargai adalah tanda keluhuran budi dan kedewasaan akhlak.

Dalam pergaulan:

  • Kita cukup menghormati tanpa harus menghakimi.
  • Kita tidak boleh mencela keyakinan yang berbeda.
  • Kita menjaga lisan dan perilaku, agar tetap menunjukkan akhlak seorang mukmin sejati.

Menghormati Manusia Sampai Akhir Hayatnya

Penghormatan kepada sesama manusia tidak berhenti pada masa hidup saja, melainkan juga setelah seseorang meninggal dunia.
Nabi Muhammad SAW telah memberikan teladan yang sangat agung dalam hal ini.

Dalam satu riwayat disebutkan, saat jenazah seorang Yahudi lewat di hadapan beliau, Nabi berdiri menghormati. Para sahabat berkata, “Itu jenazah seorang Yahudi, wahai Rasulullah.” Maka beliau menjawab:

Bukankah ia juga seorang manusia?” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jawaban ini begitu dalam maknanya. Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa setiap manusia, apapun keyakinannya, tetap memiliki hak dasar untuk dihormati.

Bahkan dalam perbedaan keyakinan yang sangat jauh sekalipun, Nabi tetap menjaga adab dan menunjukkan kasih sayang.

Mengapa Kita Harus Menjaga Sikap?

Ada beberapa alasan penting mengapa menghormati perbedaan keyakinan itu wajib dijaga:

  1. Semua manusia adalah makhluk Allah
    Apapun agama atau keyakinannya, manusia diciptakan oleh Tuhan yang sama. Menghormati manusia berarti menghormati ciptaan-Nya.
  2. Menghormati tidak melemahkan keimanan
    Kita tetap berpegang teguh pada iman kita, namun tetap bersikap adil dan beradab kepada orang lain.
  3. Perbedaan adalah bagian dari sunnatullah
    Allah sengaja menciptakan manusia berbeda-beda agar menjadi ujian: siapa di antara kita yang lebih baik akhlaknya.
  4. Menjaga perdamaian dan kerukunan sosial
    Dunia akan lebih damai bila diwarnai sikap saling menghormati, bukan saling mencaci.

Penutup

Perbedaan dalam keyakinan bukanlah alasan untuk membenci atau mencela. Ia justru menjadi ladang untuk menumbuhkan kesabaran, kelapangan dada, dan kematangan akhlak.

Menghormati pilihan orang lain — apapun itu — adalah cermin kesehatan hati, ketulusan iman, dan kejernihan akal.
Seperti yang diajarkan Rasulullah SAW, mari kita terus menjaga adab, menyebarkan kasih sayang, dan menjunjung tinggi kehormatan sesama manusia, hingga akhir hayat mereka.

Karena sejatinya, manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling baik akhlaknya.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment