Di dalam ajaran Islam, setiap Muslim diajarkan untuk menjaga keberkahan hidup, baik dalam hubungan dengan Allah, sesama manusia, maupun lingkungan sekitar. Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh umat Islam di berbagai komunitas adalah praktik riba. Praktik yang diharamkan oleh agama ini seringkali terjadi di tengah masyarakat, namun banyak yang mengabaikannya. Sungguh, setiap pihak yang terlibat dalam praktik riba, baik langsung atau tidak langsung, berpotensi menanggung dosa. Namun, di balik peringatan ini ada kesempatan besar untuk kita semua berubah, memperbaiki keadaan, dan menghindari musibah yang bisa datang akibat kelalaian kita.
1. Riba: Bahaya yang Tidak Hanya Menimpa Pelaku Utama
Islam dengan tegas melarang praktik riba karena dampaknya yang merugikan dan tidak adil. Namun, tidak hanya mereka yang terlibat langsung dalam transaksi riba yang akan menanggung dosa, tetapi juga setiap pihak yang mengetahui dan tidak berusaha mencegahnya. Ini adalah tanggung jawab kolektif yang harus dipahami dengan baik oleh kita semua. Pelaku riba, konsumen riba, pencatat transaksi, bahkan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pihak berwenang di setiap tingkat pemerintahan memiliki peran yang sangat besar dalam menjaga komunitas agar terhindar dari dosa ini.
Dosa akibat riba bukanlah sesuatu yang terbatas pada individu tertentu. Sebagaimana yang diajarkan dalam Islam, diam dalam menghadapi kemungkaran—termasuk riba—membawa kita pada konsekuensi yang lebih besar. Jika masyarakat diam, tidak ada upaya untuk mengingatkan dan menegur, maka dosa ini akan menyebar ke seluruh lapisan masyarakat. Musibah dan bencana pun bisa datang sebagai akibat dari kelalaian kita.
2. Tanggung Jawab Bersama untuk Mencegah Kemungkaran
Islam mengajarkan kita untuk tidak hanya menjaga diri kita sendiri, tetapi juga menjaga kebaikan di sekitar kita. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
Jika kita mengetahui adanya kemungkaran, seperti praktik riba, dan kita tidak berusaha untuk mengubahnya, maka kita harus bertanya pada diri kita: Apakah kita rela hidup dalam dosa yang menumpuk? Apakah kita rela melihat musibah datang tanpa melakukan apa-apa?
Sebagai masyarakat yang beriman, kita harus memiliki kesadaran bahwa tanggung jawab mencegah kemungkaran adalah kewajiban kita bersama. Jika kita berdiam diri, kita tidak hanya berisiko terkena dosa, tetapi juga merusak keberkahan hidup kita sebagai komunitas.
3. Motivasi untuk Berubah: Kebaikan Dimulai dari Diri Sendiri
Ini adalah panggilan untuk kita semua. Setiap individu, mulai dari tokoh masyarakat, tokoh agama, pemimpin desa, hingga warga biasa, memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang bebas dari praktik riba. Mari kita mulai dengan langkah kecil:
- Mengajak orang lain untuk memahami bahaya riba dan pentingnya menghindarinya.
- Mencari alternatif keuangan syariah yang sesuai dengan ajaran agama, seperti bank syariah dan produk keuangan tanpa bunga.
- Membangun kesadaran bersama di dalam masyarakat bahwa riba adalah kemungkaran yang harus dijauhi agar keberkahan hidup bisa tercapai.
Setiap perubahan besar dimulai dari tindakan kecil. Jika kita berani untuk mengambil langkah pertama, kita akan membangun momentum untuk perubahan besar yang bisa membawa kebaikan bagi seluruh komunitas. Bayangkan jika seluruh masyarakat bersama-sama bergerak untuk menghindari praktik riba dan mengingatkan sesama. Keberkahan hidup, kemakmuran yang adil, dan kehidupan yang penuh berkah akan terwujud.
4. Menghindari Musibah: Bersama Kita Bisa
Dalam Islam, tidak ada yang lebih berharga daripada menjaga keberkahan dalam hidup. Ketika dosa-dosa menumpuk, ketika kita membiarkan kemungkaran berkembang, maka musibah dan bencana bisa datang menghampiri. Musibah ini tidak hanya berupa kesulitan ekonomi atau kerusakan sosial, tetapi juga kerugian spiritual yang lebih mendalam.
Namun, ada harapan. Jika kita bersama-sama bergerak untuk mencegah kemungkaran, untuk menghindari riba, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan penuh berkah. Keberkahan hidup dimulai dari usaha bersama untuk memperbaiki diri dan masyarakat. Seperti yang dikatakan dalam Al-Qur’an:
“Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
Mari menjadi golongan yang menyeru kepada kebaikan, yang berani mencegah kemungkaran, dan yang tidak takut untuk memperbaiki keadaan. Dengan usaha kita, kita bisa mencegah dosa dan bencana, dan membawa keberkahan yang jauh lebih besar untuk diri kita, keluarga kita, dan masyarakat kita.
5. Kesimpulan: Ayo Bersama Mencegah Riba
Kini saatnya untuk kita semua mengambil sikap. Setiap orang, apapun peranannya dalam masyarakat, memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa praktik riba tidak berkembang. Tidak ada tempat bagi kelalaian. Musibah bisa dihindari, dan keberkahan hidup bisa kita raih bersama. Mari kita wujudkan perubahan itu dengan langkah nyata:
- Mulai dari diri kita sendiri.
- Mengajak orang lain untuk menghindari riba.
- Menjadi teladan dalam menjalankan prinsip-prinsip keuangan yang adil dan sesuai syariah.
Kita semua bisa menjadi agen perubahan. Jangan biarkan dosa menumpuk, jangan biarkan musibah datang begitu saja. Bersama-sama, kita bisa menciptakan masyarakat yang lebih baik, lebih berkah, dan lebih adil.
Dengan motivasi dan kesadaran bersama, kita bisa membuat perbedaan yang besar. Mari kita bergerak bersama untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik, jauh dari riba, penuh dengan keberkahan dan kemakmuran yang sejati!
By: Andik Irawan