“Kebodohan: Bahaya yang Sering Tak Disadari”
Dalam hidup ini, banyak hal yang bisa membahayakan kita: penyakit, kemiskinan, bencana alam, bahkan kejahatan manusia. Tapi ada satu hal yang sering luput dari perhatian, padahal bahayanya bisa jauh lebih mematikan—kebodohan.
Kebodohan bukan sekadar tidak tahu. Ia adalah kondisi di mana seseorang benar-benar tidak mengerti, tidak paham, dan tidak menyadari apa yang sedang ia hadapi. Kebodohan bukan hanya soal akademis atau pendidikan, tapi soal ketidaktahuan terhadap konsekuensi dari tindakan. Dan justru karena tidak tahu, maka seseorang bisa dengan mudah menyakiti orang lain—tanpa sadar, tanpa niat, tapi tetap saja membawa luka.
Bayangkan seseorang yang tidak tahu bahwa benda yang dipegangnya adalah pisau super tajam. Ia memegangnya dengan santai, bahkan mungkin tersenyum saat putrinya yang kecil memintanya, mengira itu mainan. Ia menyerahkannya dengan polos, dengan niat menyenangkan hati sang anak. Tapi dalam hitungan detik, jeritan terdengar. Tubuh kecil itu terluka, jarinya terpotong, perutnya tertusuk. Darah mengalir, dan semuanya berubah menjadi mimpi buruk.
Begitulah ngeri dan mengerikannya kebodohan. Bukan karena kejahatan, bukan karena niat buruk, tetapi karena ketidaktahuan. Dan kebodohan seperti ini bisa terjadi di mana saja: di rumah, di kantor, bahkan di masyarakat. Ketika seseorang tidak tahu apa yang ia lakukan, dan tidak tahu bahwa ia tidak tahu, maka di situlah bahaya paling besar mengintai.
Namun, ada harapan.
Kebodohan bukanlah kutukan yang kekal. Ia bisa diatasi, dilawan, dan diubah—dengan kesadaran untuk belajar, dengan kerendahan hati untuk bertanya, dan dengan keberanian untuk mengakui bahwa kita belum tahu segalanya. Dunia tidak menuntut kita untuk tahu segalanya, tapi dunia akan jauh lebih aman jika kita semua mau terus belajar dan tidak merasa paling tahu.
Mari kita jadikan kebodohan bukan sebagai musuh yang ditakuti, tapi sebagai pengingat bahwa kita manusia. Dan tugas kita adalah terus mencari cahaya pengetahuan, agar setiap tindakan yang kita ambil tidak lagi membahayakan orang lain, melainkan membawa kebaikan, keselamatan, dan cinta.
By: Andik Irawan