Dakwah bukan sekadar suara lantang di mimbar.
Ia adalah senyuman yang tulus, pelukan yang hangat, dan hati yang hadir tanpa menghakimi.
Namun hari ini kita menghadapi fenomena mengkhawatirkan:
- Ada orang yang enggan datang ke masjid.
- Ada anak muda yang alergi dengan kegiatan keislaman.
- Ada keluarga yang menjauh dari komunitas dakwah.
Pertanyaannya bukan, “Kenapa mereka menjauh?”
Tapi “Apakah cara kita mendakwahi sudah benar?”
Dakwah adalah Seni Menyentuh Hati, Bukan Menyudutkan Diri
“Dakwah bukan hanya menyampaikan kebenaran, tapi bagaimana kebenaran itu bisa diterima dengan nyaman oleh hati manusia.”
Jika dakwah membuat orang merasa dihakimi, merasa hina, atau merasa tidak cukup suci untuk bergabung,
maka yang salah bukan mereka, tapi pendekatan kita.
Kita sering lupa, dakwah adalah seni nguwongno uwong—memanusiakan manusia:
- Menghargai latar belakang mereka,
- Memahami luka-luka mereka,
- Menyambut mereka tanpa syarat,
- Menyapa mereka tanpa prasangka.
Jika Sentuhan Dakwah Tidak Sampai ke Hati, Maka Dakwah Kehilangan Roh-nya
Banyak program dakwah hari ini tampak sibuk.
Ada rapat, kegiatan, struktur, branding—semuanya tampak megah.
Tapi…
Jika semua itu tidak membuat satu hati pun merasa dikuatkan,
tidak mengubah satu jiwa pun menjadi lebih dekat kepada Allah,
maka yang terjadi adalah aktivitas tanpa ruh.
Dakwah bukan panggung.
Dakwah bukan proyek.
Dakwah adalah perjalanan mencintai manusia sambil menuntun mereka mencintai Tuhannya.
Motivasi untuk Para Pejuang Dakwah: Mari Kita Perbaiki Pelukan Kita
Wahai para dai, aktivis, ustaz, dan relawan dakwah…
Jangan lelah bercermin.
Jangan lelah mengevaluasi diri.
Karena setiap kali ada orang yang menjauh dari agama,
barangkali bukan karena benci agama, tapi kecewa pada kita yang mewakilinya.
Mari perbaiki cara kita mendekat,
perhalus cara kita menyapa,
dan lembutkan cara kita menasihati.
Sentuh hatinya.
Tolong kebutuhannya.
Dengarkan ceritanya.
Dampingi lukanya.
Lalu lihat bagaimana Allah akan hadir di sela-sela itu semua.
Penutup: Dakwah yang Dirindukan adalah Dakwah yang Menguatkan
Jika manusia berbondong-bondong datang pada Rasulullah, itu karena beliau datang dengan kasih, bukan dengan tudingan.
Beliau adalah rahmat, bukan ancaman.
Beliau adalah pelipur lara, bukan pemantik luka.
Maka…
jadilah pelipur lara bagi umat yang tersesat, bukan palu bagi yang sedang lemah.
Dakwah yang dirindukan adalah dakwah yang:
- Tidak menyakiti, tapi menyembuhkan.
- Tidak meninggikan diri, tapi merendah untuk mengangkat orang lain.
- Tidak sekadar memberi tahu, tapi juga menemani dan mendoakan.
Saat umat merasa dakwah adalah tempat mereka pulang,
maka saat itulah dakwah telah menang.
By: Andik Irawan